Jakarta (ANTARA) - DKI Jakarta memiliki ikon baru berupa Gapura Pecinan (Chinatown) di Glodok, Jakarta Barat, yang dibangun selama tiga bulan sejak Maret 2022.

"Tentu ini menjadi ikon dan menjadi pembeda Gapura Chinatown di seluruh dunia," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada peresmian Gapura Pecinan di Glodok, Jakarta, Kamis.

Namun tidak disebutkan biaya yang dikeluarkan untuk membangun gapura dengan dominasi warna abu-abu tersebut.

Pembangunan gapura tersebut merupakan partisipasi dan persembahan masyarakat keturunan Tionghoa di Jakarta.

Anies menuturkan rencana revitalisasi gapura tersebut awalnya pada 2018 namun urung dilaksanakan karena terganjal pandemi COVID-19.

Awalnya, gapura tersebut dibangun sekitar abad ke-18 dan direnovasi sekitar tahun 1938. Namun, gapura tersebut dirobohkan oleh tentara Jepang saat masa pendudukan di Indonesia.

"Kami ingin Jakarta bisa menghargai warisan budaya yang ada di kota ini. Kota ini kota global dimana warga berinteraksi dengan masyarakat dunia. Kawasan Chinatown bukti interaksi global itu," kata Anies.

Baca juga: Sandi: Desa Wisata Pecinan Glodok punya daya tarik budaya dan sejarah
Baca juga: Anies : Kawasan Pecinan Glodok harus dikembangkan

Gubernur DKI itu menjelaskan gapura tersebut memiliki warna dominan abu-abu sehingga dinilai menjadi pembeda dengan gapura kawasan Pecinan di beberapa kota di dunia yang biasanya berwarna merah dan kuning.

"Gapura Chinatown seluruh dunia yang didominasi merah, kuning, khusus di Jakarta warnanya beton sehingga ini menjadi pembeda dengan tempat lain," katanya.

Anies berharap ikon baru itu dapat menjadi salah satu simbol persatuan dan kesetaraan warga di Jakarta.

Ia juga mengapresiasi Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) atas kolaborasi dalam merealisasikan proses pembangunan Gapura Chinatown di Glodok.

"Semoga melalui pembangunan ini, tidak hanya akan menjadi nilai tambah tersendiri untuk semakin menarik wisatawan, tetapi juga sebagai pengingat dalam merawat nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan kepada kita," katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022