menerapkan kurikulum karena kebijakan dari pemerintahJakarta (ANTARA) - Pakar pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal menyebut sebagian guru di Tanah Air menerapkan Kurikulum Merdeka karena kewajiban.
“Hasil survei yang kami lakukan, menunjukkan bahwa 50 persen guru tidak mendapatkan pelatihan dari GSM, menyatakan siap menerapkan kurikulum karena kebijakan dari pemerintah,” ujar Rizal dalam taklimat media yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Sedangkan sepertiganya berharap Kurikulum Merdeka dapat membantu proses pembelajaran dan sisanya karena siapnya sarana dan prasarana sekolah.
Rizal menjelaskan bahwa sebagian besar guru yang menyatakan belum siap menerapkan Kurikulum Merdeka, dikarenakan belum mengetahui strategi yang mengajar yang tepat (41 persen) dan belum menguasai keterampilan mengajar yang dibutuhkan (31 persen).
Baca juga: Nadiem dorong Pancasila lebih membumi lewat Kurikulum Merdeka
Baca juga: Pemkab Lombok Tengah mulai sosialisasi Kurikulum Merdeka
Kondisi itu berbeda, lanjut dia, dengan guru-guru yang telah mendapatkan pelatihan dari GSM. Sebanyak 99 persen partisipan guru menyatakan pelatihan itu berperan dalam mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.
“Karena pendekatan GSM yang dinilai paling berbeda dari Kurikulum Merdeka adalah tersedianya strategi pembelajaran, pelatihan, perubahan pola pikir, dan wadah berbagi antarguru di komunitas,” tambah pendiri GSM itu.
Oleh karena itu, dia mendorong agar Kemendikbudristek melakukan pelatihan pada guru terutama strategi pembelajaran serta pola pikir guru.
Sebelumnya, Kurikulum Merdeka diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang mana fokus utama dari kurikulum itu adalah dengan memberdayakan guru dalam pengembangan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk siswa.
Baca juga: Guru: Kurikulum Merdeka menyenangkan bagi siswa
Baca juga: Kurikulum Merdeka mampu kurangi dampak hilangnya pembelajaran
Baca juga: Quipper jadi partner terverifikasi implementasi Kurikulum Merdeka
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022