Logo FIFA terlihat di depan kantor pusatnya di Zurich, Swiss, (26/9/2017). ANTARA/REUTERS/Arnd Wiegmann/am.

"Undangan" FIFA

Awalnya negeri yang secara geografis di Asia ini adalah anggota AFC sejak 1954 kendati ditentang banyak anggota AFC.

Saat kualifikasi Piala Dunia 1958 di mana Asia dan Afrika masih disatukan dalam kualifikasi Piala Dunia, sejumlah negara menolak bertanding melawan Israel.

Israel akhirnya memenangkan zona ini tanpa sekali pun bertanding.

FIFA lalu membuat playoff khusus yang mempertemukan Israel dengan salah satu runner up grup zona Eropa saat itu, yakni Wales, yang memupus peluang Israel ke putaran final Piala Dunia 1958.

Enam tahun kemudian Israel menjadi tuan rumah Piala Asia 1964, namun 11 dari 16 peserta mundur. Israel menjuarai turnamen ini setelah menang hari tiga pertandingan melawan India, Korea Selatan dan Hong Kong.

Setelah Israel menganeksasi Tepi Barat, Yerusalem, Dataran Tinggi Golan dan Sinai pada 1967, Asia semakin keras menolak Israel.

Puncaknya pada 1974 AFC mengeluarkan Israel setahun setelah Perang Yom Kippur pada 1973 antara Israel melawan Arab.

Setelah Kuwait dan Korea Utara menolak bertanding melawan Israel dalam Asian Games 1974, muncul mosi yang diprakarsai Kuwait yang membuat Israel terusir dari AFC.

Sejak itu Israel tak lagi masuk kualifikasi Asia. Awalnya masuk Eropa pada kualifikasi Piala Dunia 1982, kemudian masuk Oseania dalam dua Piala Dunia berikutnya.

Setelah menjadi anggota penuh UEFA pada 1994, Israel permanen masuk zona Eropa.

Tahun ini mereka mencapai final Piala Eropa U-19 setelah melewati perjalanan relatif panjang hampir satu tahun.

54 tim termasuk Israel mesti melewati dahulu babak kualifikasi sejak musim gugur 2021 sampai musim semi 2022 untuk menentukan delapan tim yang berhak masuk "putaran final" mulai 18 Juni sampai 1 Juli 2022 di Slovakia.

Terlihat dari sini, untuk sampai ke Piala Dunia U-20 2023, Israel dan empat tim Eropa lainnya melewati proses berliku dari kompetisi kawasan yang diotorisasi FIFA.

Akan ironis jika menganggap sepi perjalanan sepanjang ini, apalagi berkaitan dengan otoritas kawasan (UEFA). Bisa-bisa Indonesia disebut "menghina" proses kompetisi di Eropa.

Langkah itu juga bisa membuat FIFA terusik, karena sekalipun Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, yang punya hajat tetaplah FIFA. Badan sepak bola dunia ini yang berhak menentukan boleh tidaknya sebuah tim bertanding dalam Piala Dunia.

Intinya, semua yang datang ke Piala Dunia U-20 tahun depan itu adalah atas "undangan" FIFA lewat mekanisme kompetisi dalam zona masing-masing. Indonesia hanya "menyediakan tempat" yang tak bisa menentukan siapa yang boleh mengikuti turnamen ini.

Baca juga: PSSI: Persiapan Piala Dunia U-20 2023 berjalan sesuai rencana
Baca juga: FIFA terkesan dengan persiapan Indonesia gelar Piala Dunia U-20 2023

Selanjutnya : Absurd

Copyright © ANTARA 2022