Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian, Anton Apriyantono meminta petani untuk mengubah pola tanam menyusul pernyataan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang memperkirakan akan terjadi kemarau panjang mulai April - Desember 2006.
"Pola tanam petani sebaiknya disesuaikan. Untuk daerah yang amat kering, petani mengganti padi dengan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan," kata Mentan di sela pencanangan Forum Penyuluhan Pertanian Pedesaan yang dipusatkan di Desa Cisolok, Sukabumi, Sabtu.
Selain itu, ia menambahkan, Pemerintah akan memperbanyak embung (danau buatan) dan pompa air di persawahan untuk mengantisipasi kekurangan air.
Namun, ia menegaskan, Deptan tetap akan mengambil langkah-langkah lain untuk mengantisipasi kemarau panjang tahun ini. "Produksi petani saat ini juga masih tetap untuk sementara, belum mengalami penurunan," kata Anton.
Perkiraan penurunan produksi padi akibat kemarau panjang juga belum dilakukan perhitungannya oleh Deptan karena untuk saat ini prediksi produksi sudah sesuai dengan kondisi 2006.
Sementara itu mengenai turunnya kualitas gabah petani sehingga menurunkan harga pembelian, Mentan mengakui hal tersebut terjadi namun jumlahnya tidak banyak.
"Memang ada gabah yang harganya di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP), tetapi daerahnya tidak banyak. Banyak juga daerah yang harga gabahnya di atas HPP," katanya.
Berdasarkan data Departemen Pertanian, HPP untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp1.730 per kilogram dan Gabah Kering Giling (GKG) Rp2.250 per kilogram sedangkan produksi GKG secara nasional mencapai 54,2 juta ton.
Sedangkan untuk produksi petani di Kabupaten Sukabumi, Mentan mengatakan, secara rata-rata masih belum tinggi, sekitar 5 - 6 ton per hektar untuk GKP.
"Penyebabnya mungkin kendala teknis seperti pengairan atau benih. Tapi sebagian besar, hampir 70 persen, petani sudah menggunakan benih biru ber label. Nanti kita akan lihat lagi apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi padi," katanya.
Sementara itu Bupati Sukabumi, Sukmawijaya mengatakan, di wilayahnya, teknologi untuk mengolah lahan pertanian belum dikuasai oleh petani dengan baik sehingga produksi rendah.
Luas lahan petani gurem juga menurun dari rata-rata 0,5 hektar menjadi 0,02 hektar. Sawah di Kabupaten Sukabumi sebagian besar bersifat tadah hujan yakni seluas 242.092 hektar.
Meski lahan sawah terbatas dan teknologi pertanian belum dikuasai dengan baik, Kabupaten Sukabumi masih mampu surplus beras sekitar 100 ribu ton.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006