Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyatakan bahwa struktur demografi populasi di Republik Indonesia saat ini merupakan salah satu faktor yang mempermudah untuk melakukan transformasi digitalisasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Digitalisasi menjadi suatu hal krusial bagi UMKM lantaran struktur demografi Indonesia yang didominasi generasi milenial memungkinkan adanya pengadopsian teknologi digital dengan sangat cepat," kata Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar, Kemenkop UKM Fixy dalam rilis webinar BanggaUKM Katadata, di Jakarta, Selasa.

Fixy mengatakan, digitalisasi menjadi penting karena dapat membantu UMKM meningkatkan hasil pendapatan atau transaksi. Kemudian, membuat pencatatan keuangan lebih teratur, serta meningkatkan literasi keuangan.

Selain itu, ia menyebut 41 persen transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara saat ini juga berasal dari Indonesia.

"Itu sebetulnya salah satu kekuatan kita, yang harusnya bisa dimanfaatkan. Jangan sampai transaksi digital kita hanya menjadi pasar saja, tapi yang ditransaksikan produk dari luar," ujarnya.

Fixy mengatakan, pemerintah dalam memperluas pemanfaatan dan membangun kesadaran digitalisasi sampai saat ini telah mengoptimalkan program Bangga Buatan Indonesia (BBI).

BBI merupakan gerakan nasional yang dirancang pemerintah dan diluncurkan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Mei 2020 lalu.

Menurut Fixy, hingga akhir tahun 2022 pemerintah telah menargetkan 20 juta UMKM dapat onboarding, yang mana sampai saat ini data menunjukkan baru ada sekitar 18,5 juta UMKM.

Pembicara lainnya adalah Pendiri Brodo M. Yukka Harlanda. Brodo merupakan perusahaan fesyen pria berbasis ritel dan e-commerce yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.

Yukka mengatakan, digitalisasi memang menjadi penting mengingat Indonesia merupakan negara dengan pengguna sosial media tertinggi di dunia.

Menurut Yukka, perkembangan media sosial tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, karena disana terdapat potensial-potensial target pasar, yakni anak muda.

"Dulu kalau kita iklan di koran majalah, atau televisi. Sekarang harus berubah nih mindset-nya. Kebanyakan target marketnya adalah yang muda-muda dan ada di dunia digital, termasuk sosmed. Waktu saya memulai saya beruntung banget, waktu itu baru mulai momen dimana Facebook baru launching di Indonesia, jadi saya manfaatkan," tutur Yukka.

Selain digitalisasi, CEO BRI Insurance (BRINS) Fankar Umran juga mengajak para pelaku bisnis, khususnya UMKM untuk lebih menyadari pentingnya perlindungan risiko daripada masing-masing usaha.

Seperti diketahui, UMKM merupakan penyumbang 61 persen terhadap PDB dan menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen. Namun demikian, lanjut Fankar, banyak UMKM belum menganggap penting proteksi terhadap usaha mereka ketika terkena risiko.

Seperti diketahui, pascapandemi, pemerintah tidak hanya ingin UKM pulih tapi juga melakukan transformasi ke ranah digital, dengan target 30 juta UKM transformasi ke digital pada tahun 2024 di mana sekarang baru mencapai sekitar 19 juta UKM.

Baca juga: Kemenkop UKM dorong UMKM optimalkan ekosistem digital

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022