Untuk prospek bisnis ke depan, manajemen masih optimis karena kami bergerak di industri makanan, meskipun di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu,

Jakarta (ANTARA) - Produsen makanan beku PT Sekar Bumi Tbk melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp6,06 miliar atau Rp3,5 per saham, lebih tinggi dibandingkan dividen tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,08 miliar atau Rp1,2 per lembar saham.

Presiden Direktur PT Sekar Bumi Tbk Harry Lukmito mengatakan, pembagian dividen tersebut karena kinerja perseroan yang baik, didorong pasar dalam negeri yang tetap meningkat seiring daya beli yang kuat dan kondisi bisnis yang mulai membaik.

"Untuk prospek bisnis ke depan, manajemen masih optimis karena kami bergerak di industri makanan, meskipun di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu," ujar Harry dalam paparan publik di Jakarta, Selasa.

Baca juga: RUPST GGRP setujui pembagian dividen Rp90 miliar

Kegiatan masyarakat yang sudah mulai kembali aktif di masa kenormalan baru, lanjut Harry, juga berpengaruh positif pada kenaikan penjualan bersih emiten berkode saham SKBM itu selama kuartal pertama 2022 yaitu menjadi Rp1,13 triliun, naik 32 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp855,87 miliar.

Kenaikan tersebut didorong meningkatnya penjualan frozen seafood dan processed food yang naik signifikan. Penjualan frozen seafood naik 32 persen menjadi Rp1,1 triliun, sedangkan penjualan processed food naik 48 persen menjadi Rp27,41 miliar.

Kenaikan penjualan Sekar Bumi otomatis mendorong laba bersih setelah pajak yang juga meningkat 169,4 persen dari Rp10,81 miliar menjadi Rp29,14 miliar, serta laba per saham naik menjadi Rp15,74 dari periode sama tahun lalu Rp5,83.

Direktur Sekar Bumi Howard Ken Lukmito menambahkan, kenaikan penjualan perseroan didukung penjualan ekspor udang yang meningkat ditambah kenaikan pasar domestik seiring peluncuran #JagoanDumpling, salah satu produk makanan olahan dimsum yang menjadi andalan perusahaan.

Baca juga: Cimory bagikan dividen Rp500 miliar

Sementara itu mengenai dampak dari kenaikan harga bahan pangan global karena inflasi yang terjadi cukup signifikan, Howard menjelaskan hal itu tidak berpengaruh mengingat bahan utama Sekar Bumi berasal dari perikanan dalam negeri.

"Jadi, kami masih bisa menjaga pemasokan suplai secara rutin dan meskipun ada kenaikan harga namun tidak terlalu signifikan kecuali barang-barang yang memang ada komponen importnya seperti tepung terigu. Untuk mengatasi ini, kami memang berupaya dari segi harga, packaging tetap terjangkau misalnya dengan memperkecil packaging, selain itu juga kami mencari bahan-bahan baku yang bisa menjadi substitusi," ujar Howard.

Belajar dari kondisi pandemi, lanjut Howard, perseroan akan lebih adaptif dan fleksibel untuk bertahan dalam kondisi yang sulit.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022