Jakarta (ANTARA News) - Ahli sejarah Universitas Indonesia, Dr Anhar Gonggong mengatakan bahwa Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang asli kemungkinan masih disimpan mantan penguasa Orde Baru Soeharto.
"Ada kemungkinan Supersemar yang asli disimpan Pak Harto, atau bisa juga diserahkan kepada orang lain yang mendapat kepercayaan darinya," ujarnya menjawab pertanyaan ANTARA di sela-sela peluncuran `Memoar Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit` di Jakarta, Jumat malam.
Anhar mengaku tidak percaya atas ucapan Soeharto bahwa dia tidak tahu dimana Supersemar yang asli itu berada.
"Sejak dari dulu, bahkan ketika Pak Harto masih berkuasa, saya tidak percaya ucapan Pak Harto dimana Supersemar asli itu berada," ujar Direktur Sejarah dan Meseum, Depdiknas itu.
Mengenai buku `Memoar Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit` yang ditulis Atmadji Soemarkidjo, Anhar menyatakan tergantung penilaian pembaca apakah percaya atau tidak atas cerita yang disampaikan M Jusuf kepada penulis.
"Kalau anda tidak percaya pada cerita yang disampaikan Pak Jusuf, berarti misteri seputar keluarnya Supersemar ini tidak pernah selesai. Secara pribadi saya percaya kepada Pak Jusuf sebab dia adalah orang yang benar-benar bisa dipercaya," tuturnya.
Ia sendiri mengaku tidak mengetahui pasti apakah Supersemar yang asli terdiri atas dua halaman seperti salinan yang diberikan M Jusuf kepada Atmadji atau hanya satu halaman.
"Soal jumlah halaman ini menjadi penting karena ini yang jadi pembicaraan masyarakat, tetapi saya kira isinya sama," ujarnya.
Salinan Supersemar yang diberikan M Jusuf kepada Atmadji terdiri atas dua halaman, yakni halaman pertama berisi tentang surat perintah dan halaman kedua tanda tangan Soekarno pada 11 Maret 1966 selaku presiden/panglima tertinggi/pemimpin besar revolusi/mandataris MPRS.
Sementara itu Atmadji sendiri mengaku mendapatkan salinan Supersemar dari M Jusuf pada tahun 1992.
"Ini bunyi Supersemar yang asli, kau pegang ini dan baca saja isinya," kata Atmadji menirukan ucapan M Jusuf saat menyerahkan salinan Supersemar yang terdiri dua halaman pada tahun 1992.
Saat ditanya mengapa peluncuran Memoar M Jusuf tersebut bertepatan dengan 40 tahun keluarnya Supersemar, Atmadji menyatakan hanya kebetulan saja.
"Sebenarnya Pak Mar`ie (Mar`ie Muhammad) telah merencanakan sejak dua bulan lalu, namun terkendala masalah tempat sehingga baru bisa diluncurkan saat ini," ujar Atamadji beralasan.
Sementara itu acara peluncuran Memoar M Jusuf di Puri Agung, Hotel Sahid, dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden M Jusuf Kalla.
Selain itu tampak hadir pula Wakil Ketua MPR AM Fatwa, Ketua DPR Agung Laksono, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan beberapa pejabat negara serta sejumlah tokoh masyarakat.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006