"Selama ini ada permasalahan dalam memproduksi mi non-gandum. Salah satu kendalanya adalah pada proses pengeringan, karena tepung non-gandum memiliki karakteristik yang berbeda," kata periset di Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN Satya Andika Putra dalam keterangan yang diakses ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRIN kembangkan mi berbahan lokal kurangi ketergantungan impor
Satya mengembangkan teknologi mesin pembuat mi non-gandum. Inovasi alat, terutama pada tahap proses pengeringan yang dapat memancarkan inframerah, dan pada tahap penepungan dapat juga digunakan untuk penepungan umbi-umbian dan serealia.
Ia menuturkan inovasi utama yang telah dikembangkan juga pada proses pencetakan. Dengan menggunakan teknologi tersebut, diharapkan dapat mempermudah proses produksi mi berbahan lokal dan non-gandum di Tanah Air.
Selain mengembangkan teknologi untuk mengolah mi non-gandum, BRIN juga melakukan riset terkait pemanfaatan fungsional bahan baku pangan lokal untuk membuat mi non-gandum.
Sebelumnya, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan penelitian pangan lokal terus dikembangkan hingga diversifikasi produk pangan tercapai.
Riset pangan lokal tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi dan ekonomis pangan, serta sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum.
Baca juga: Mi ongklok dan carica antar-Wonosobo raih anugerah kabupaten kreatif
Gandum impor digunakan untuk membuat mi. Oleh karenanya, eksplorasi berbagai bahan baku pembuatan mi yang berasal dari bahan lokal akan membantu menghasilkan mi non-gandum, sehingga diharapkan membantu mengurangi impor gandum.
BRIN mengolah umbi-umbian, jagung, sagu, dan mocaf sebagai pengganti gandum untuk membuat mi.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022