Karenanya, SMK-SMAK Padang tertantang menjawab permasalahan tersebut, sehingga lahirlah POC Darsa Rupawan dan saat ini sudah dipatenkan dengan nomor: IDP00004655.
Jakarta (ANTARA) - Sekolah vokasi yang dimiliki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yaitu SMK Sekolah Menengah Analis Kimia (SMK-SMAK) Padang di Sumatera Barat mengolah limbah darah sapi menjadi pupuk organik cair dengan nama POC Darsa Rupawan.
Pupuk Organik Cair (POC) Darah Sapi Rumah Potong Hewan atau disingkat POC Darsa Rupawan itu berhasil masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforms Birokrasi (Kemenpan-RB)
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, Sekretaris Jenderal Kemenperin Dody Widodo mengatakan inovasi pengolahan limbah darah sapi mulai dilakukan SMK-SMAK Padang sejak 2012 dengan latar belakang darah sapi yang belum diolah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) menjadi limbah.
"Karenanya, SMK-SMAK Padang tertantang menjawab permasalahan tersebut, sehingga lahirlah POC Darsa Rupawan dan saat ini sudah dipatenkan dengan nomor: IDP000046551," katanya.
Baca juga: Kemenperin buka etalase produk unggulan industri lokal
Ia menjelaskan siswa SMK-SMAK Padang yang tinggal di dekat RPH khawatir dengan dampak limbah darah sapi terhadap masyarakat sekitar baik dalam jangka pendek berupa bau tidak sedap dan air sungai yang keruh karena limbah RPH, maupun jangka panjang berupa kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar RPH yang dikhawatirkan terpapar penyakit pernafasan dan kulit. Selain itu limbah darah sapi di sungai dapat mengakibatkan penurunan kadar oksigen air sungai sehingga ekosistem air sungai terganggu.
Di Sumatera Barat, kata dia, terdapat 10 RPH yang diawasi oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat. Tiap satu RPH setiap hari menyembelih sebanyak 12 ekor sapi, sehingga, total terdapat 120 ekor sapi yang disembelih setiap harinya, dan menghasilkan 720 liter hingga 960 liter limbah darah sapi per hari.
Berdasarkan survei lapangan tujuh dari 10 RPH tadi belum memiliki prosedur pengelolaan limbah darah sapi pascapenyembelihan.
"Melalui pembelajaran analisis terpadu II, siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi membuat inovasi dengan mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair. Berdasarkan hasil pengujian, POC Darsa Rupawan dapat digunakan untuk padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias," jelas Dody.
Lahirnya inovasi POC Darsa Rupawan diharapkan mampu memberikan solusi bagi permasalahan limbah darah sapi, dengan mengurangi pencemaran, dan membantu petani untuk pemupukan lahan pertanian sehingga bisa turut menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.
"Sebagai perbandingan, saat ini total harga subsidi pupuk per satu hektare sebesar Rp1,5 juta. Dengan pupuk yang kita gunakan bisa menghemat sekitar Rp796 ribu, karena total biaya produksi per hektare pupuk cair ini sebesar Rp744 ribu untuk 240 liter POC Darsa Rupawan," ungkap Dody.
Baca juga: U-Connect pertemukan talenta digital SMK dengan industri
Sekjen Kemenperin memperkirakan penggunaan pupuk cair hasil inovasi ini dapat menghemat subsidi pupuk hingga sebesar Rp1,4 triliun.
Karena itulah pihaknya berupaya inovasi SMK-SMAK Padang bisa diduplikasi ke seluruh penjuru negeri. "Inovasi ini akan sangat bermanfat apabila bisa kita kembangkan karena bisa mengurangi penggunaan pupuk bersubsidi dan diharapkan bisa meningkatkan hasil pertanian," katanya.
Saat ini sosialisasi dan duplikasi baru dilakukan di daerah Sumatera Barat. Pada tahun 2019 SMK-SMAK Padang melakukan MoU dengan Pemerintah Kota dan Dinas Pertanian Kota Padang untuk memberikan pelatihan pengolahan limbah darah sapi menjadi POC.
Saat ini POC Darsa Rupawan sudah diproduksi secara massif melalui teaching factory dari Kemenperin serta dukungan dari empat RPH. Produknya juga telah dijual di Sumatera Barat.
"Dengan sosialisasi terus menerus, kami berharap bisa dilakukan di seluruh Indonesia sehingga permasalahan lingkungan limbah RPH bisa teratasi," ujar Dody.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022