Bengkulu, (ANTARA News) - Sebanyak 50 persen hutan bakau (mangrove) di sepanjang pantai Provinsi Bengkulu kini dalam kondisi rusak parah akibat aktivitas penebangan liar.
"Panjang pantai Bengkulu mencapai 525 Km. Dulu di sepanjang pantai itu hidup pohon bakau namun kini hanya tersisa sebagian saja, lainnya telah rusak," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu Tony Sarwono di Bengkulu, Jumat (10/3).
Kerusakan terparah terjadi di sepanjang pantai di Kabupaten Bengkulu Selatan, yang mengakibatkan terjadinya abrasi.
Karena itu, pihaknya memprogramkan kegiatan penananaman pohon bakau di sepanjang pantai Bengkulu, khususnya di lokasi yang kini mengalami kerusakan.
Penanaman tersebut diperlukan selain guna mencegah terjadinya abrasi, sekaligus mengembalikan habitat ikan dan kepiting hingga meningkatkan hasil tangkapan nelayan setempat.
"Penanaman pohon bakau juga sebagai langkah antisipasi jika terjadi tsunami. Dengan adanya hutan bakau diharapkan kekuatan `serangan` gelombang ke darat dapat dicegah, atau paling tidak dikurangi," katanya.
Ia mengaku belajar dari peristiwa tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Akibat tidak ada hutan bakau maka gelombang begitu besar masuk ke daratan.
Selain itu, pihaknya juga akan menanami cemara dalam program penghijauan di sepanjang pantai di Bengkulu.
Penanaman pohon bakau dan cemara pada tahap awal difokuskan di sepanjang pantai di Kota Bengkulu, dengan pertimbangan kawasan itu padat penduduk dan pantainya sedang terancam abrasi, demikian Tony.(*)
Copyright © ANTARA 2006