Berlin (ANTARA) - Pemerintah Jerman telah mengumumkan rencana darurat gas nasional tahap kedua di negara itu setelah pasokan gas dari Rusia melalui pipa Nord Stream 1 dipangkas hingga 40 persen dari kapasitas.
"Situasinya serius," kata Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Robert Habeck pada Kamis (23/6).
Dia menggambarkan pengurangan pasokan gas tersebut sebagai "serangan ekonomi".
Meskipun fasilitas penyimpanan gas Jerman telah terisi lebih banyak dibanding tahun sebelumnya, level penyimpanan yang diinginkan sebelum musim dingin hampir tidak dapat dicapai "tanpa sejumlah langkah tambahan", kata Habeck.
Jerman mengumumkan tahap pertama dari rencana darurat tiga tahap atau tingkat peringatan dini pada akhir Maret.
Namun untuk saat ini pemerintah Jerman belum memanfaatkan mekanisme penyesuaian harga.
"Mekanisme ini mungkin diperlukan untuk situasi tertentu guna mencegah runtuhnya pasokan energi. Tetapi itu juga memiliki kelemahan. Itulah sebabnya kami mengupayakan sejumlah konsep alternatif," kata Habeck
Menurut data resmi, inflasi di Jerman mencapai 7,9 persen pada Mei didorong oleh lonjakan harga energi.
Ini merupakan tingkat tertinggi sejak krisis minyak pertama pada musim dingin 1973-1974.
Habeck mengungkap prediksi adanya kenaikan harga gas lebih lanjut.
"Ini akan memengaruhi produksi industri dan menjadi beban utama bagi banyak konsumen," kata dia.
Guna meredam dampak kenaikan harga energi pada konsumen dan perusahaan, pemerintah Jerman telah mengambil beberapa langkah.
Upaya itu termasuk peningkatan tunjangan bebas pajak dasar, tunjangan jarak tempuh yang lebih tinggi bagi komuter jarak jauh, tiket diskon untuk transportasi umum, dan pemotongan pajak bahan bakar.
"Kami berada dalam krisis gas," kata Habeck menambahkan saat ini gas adalah komoditas langka.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2022