"Sebanyak 16 pasien berstatus probable, 14 pasien pending classification, dan 40 discarded," kata Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat sore.
Definisi kasus probable adalah diduga menderita hepatitis akut yang diakibatkan virus non-hepatitis A-E, dengan laporan laboratorium meliputi SGOT atau SGPT pada organ hati di atas 500 IU/L, usia kurang dari 16 tahun sejak 1 Oktober 2021.
Baca juga: Siswa diimbau tidak jajan sembarangan untuk hindari hepatitis akut
Pending classification adalah status pasien yang sedang menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis A-E, SGOT atau SGPT di atas 500 IU/L dan tentang usia di bawah 16 tahun sejak 1 Oktober 2021.
Sedangkan klasifikasi discarded adalah pasien yang mengalami hepatitis akut karena terbukti secara laboratorium terinfeksi virus hepatitis A-E) serta terdeteksi etiologi lain.
Syahril mengatakan laporan pasien probable dilaporkan dari Sumatra Utara satu pasien, Sumatera satu pasien, DKI Jakarta lima pasien, Riau satu pasien, Jambi satu pasien, Yogyakarta satu pasien, Kalimantan Barat satu pasien, Jawa Tengah satu pasien, Bali dua pasien, Sulawesi Utara satu pasien, dan Sulawesi Tengah satu pasien.
Patogen paling banyak ditemukan pada pasien probable adalah Sitomegalovirus (CMV), yakni virus herpes pada manusia. CMV ditemukan empat dari 15 pasien yang diperiksa.
Dari 16 pasien probable yang telah diperiksa PCR dan metagenomic, kata Syahril, terdeteksi virus dari famili Herpesviridae (CMV, HSV1, HHV-6A, HHV1, EBV). Satu pasien positif Enterovirus, satu pasien positif Adenovirus berdasarkan PCR swab rektal.
"Dari 70 pasien yang dilaporkan, terdapat 40 pasien discarded, umumnya mengalami dengue, sepsis, dan infeksi bakteri," katanya.
Baca juga: Kemenkes: Dugaan Hepatitis akut di Indonesia berjumlah 24 pasien
Jika dibandingkan dengan situasi global per 26 Mei 2022, kata Syahril, terdapat 650 kasus probable dan 99 pending classification hepatitis akut misterius yang dilaporkan dari 33 negara ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Sebagian besar kasus berasal dari Eropa 58 persen, dengan 34 persen berasal dari Inggris dan Irlandia Utara," ujarnya.
Baca juga: Dokter: Perburukan gejala hepatitis akut berat terjadi lebih cepat
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022