"Kami masih mengharapkan agar BI lebih menekankan kepada perkembangan tingkat inflasi domestik dalam keputusan peningkatan suku bunga acuan," kata Faisal kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Ia menyadari bahwa tekanan pada sisi eksternal memang telah meningkat secara signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: BI sebut koordinasi fiskal dan moneter penting cegah risiko stagflasi
Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed telah menjadi lebih agresif dalam menaikkan suku bunga kebijakannya dalam pertempuran untuk menjinakkan inflasi setelah inflasi Negeri Paman Sam di bulan Mei melonjak ke level tertinggi sejak 1981.
Sebelas bank sentral lainnya, lanjut Faisal, termasuk Bank Sentral Inggris, juga telah mengikuti dengan menaikkan suku bunga kebijakan mereka di tengah lonjakan inflasi.
"Namun, kami tetap mempertahankan pandangan kami bahwa BI tidak akan terburu-buru untuk meningkatkan suku bunga. Kami masih melihat bahwa waktu untuk kenaikan bunga acuan akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi yang diperkirakan akan meningkat secara substansial dan secara fundamental di semester II-2022," ujarnya.
Baca juga: BI: Modal asing masuk 1,5 miliar dolar AS sejak April sampai 21 Juni
Menurut dia, hal tersebut karena neraca perdagangan Indonesia yang masih terus mencatat surplus pada bulan Mei 2022, meskipun terdapat larangan ekspor minyak sawit.
Kondisi itu dapat meningkatkan kinerja neraca transaksi berjalan yang mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah arus keluar modal asing terkait dengan sentimen risk-off selama normalisasi moneter global. Adapun tren pelemahan rupiah sebagian dipengaruhi oleh faktor musiman dividen repatriasi pada triwulan II-2022.
Apalagi dari sisi domestik, sambung Faisal, tingkat inflasi hingga bulan Mei tetap dalam rentang 2 persen sampai 4 persen, sehingga memberikan ruang yang cukup untuk suku bunga BI tetap di 3,5 persen saat ini.
"Kami perkirakan inflasi di akhir tahun bisa di atas 4 persen, meskipun tidak akan setinggi perkiraan awal kami sebesar 4,6 persen sejak pemerintah telah memutuskan untuk memompa subsidi tambahan untuk energi," tutur Faisal.
Secara keseluruhan, dirinya memproyeksikan BI akan meningkatkan suku bunga kebijakan hingga 75 basis poin atau mencapai 4,25 persen pada tahun 2022. Sementara itu, bank sentral diperkirakan melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif pada tahun ini.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022