Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar spot antar-bank Jakarta, Jumat pagi (09.20 WIB), berada pada posisi 9.298/9.303 per dolar AS, lebih kuat 22 poin dari posisi penutupan Kamis 9.320/9.370 per dolar AS.
Menurut Direktur Bank Niaga Catherinawati Hadiman, penguatan rupiah pagi ini terutama dipicu oleh aksi ambil untung terhadap dolar AS yang beberapa hari sebelumnya menguat berturut-turut.
"Kenaikan dolar AS selama tiga hari berturut-turut hingga menembus level Rp9.300 memicu pelaku pasar melakukan aksi ambil untung," katanya.
Ia mengatakan, perdagangan pagi ini didominasi aksi jual dolar AS sehingga rupiah terangkat meski situasi di dalam negeri dianggap terpengaruh oleh berbagai aksi demonstrasi.
Tidak menutup kemungkinan, katanya, membaiknya posisi rupiah juga merupakan sumbungan dari campur tangan Bank Indonesia yang sejak kemarin melepas dolar, setelah pada hari sebelumnya rupiah terpuruk mendekati 9.400.
Walaupun sedang bergerak menguat, BI harus tetap mewaspadai pergerakan rupiah yang sewaktu-waktu bisa berbalik arah, terlebih lagi AS di pasar global cenderung menguat terhadap yen setelah bank sentral Jepang (BOJ) mengakhiri kebijakan moneter super longgarnya yang sudah terapkan lima tahun itu.
BOJ, katanya, saat ini menerapkan kebijakan baru dalam penentuan suku bunga dengan mematok antara 0,25 persen hingga 0,50 persen dari sebelumnya yang nol persen.
Kebijakan baru Jepang itu mengakibatkan yen melemah sejak kemarin hingga mencapai posisi 118,20 dari sebelumnya 118,10, bersamaan dengan itu euro juga menguat terhadap yen menjadi 140,65.
Analis valas, PT Bank Himpunan Saudara, Ilham Wahyudi mengatakan, kenaikan rupiah saat ini hanya sementara karena belum ada faktor positif fundamental yang memicu rupiah menguat.
"Kami khawatir pada penutupan pasar nanti rupiah akan terkoreksi, meski pelaku asing masih hati-hati untuk membeli dolar AS, setelah keluarnya data AS mengenai defisit transaksi berjalan yang membengkak menjadi 68,5 miliar dolar AS pada Januari lalu dibanding bulan sebelumnya yang hanya 66,5 miliar dolar AS," katanya
Laporan itu sebenarnya memicu yen menguat terhadap rupiah, namun hal ini tidak terjadi, akibat BOJ hingga sampai saat ini masih belum mengimplementasikan kebijakannya itu, tambahnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006