Washington DC (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice mengharapkan agar peran Indonesia sebagai pembawa suara Islam moderat terus ditingkatkan, sehingga dapat memberi sumbangan yang berharga bagi penyelesaian konflik-konflik di dunia. "Saya melihat Indonesia bisa memainkan perannya dengan baik dalam mengatasi pergolakan di antara dunia Islam, ataupun antara dunia Islam dengan pihak lainnya di dunia," kata Rice di Washington DC, Kamis, berkaitan dengan rencana kunjungannya ke Indonesia pertengahan Maret ini. Dalam keterangannya kepada ANTARA, Suara Merdeka dan VOA, Rice mengatakan dukungan Indonesia sangat penting dalam penyelesaian sejumlah masalah di dunia, dengan mengedepankan sikap moderatnya, termasuk dalam mengatasi masalah terorisme. Demikian juga dalam masalah penyelesaian pertikaian di Palestina, Menlu AS tersebut menghargai sikap Indonesia dalam mendukung peta jalan damai (road map). "Saya juga nanti akan mendiskusikan mengenai bagaimana kita bisa melakukan langkah maju dalam mengatasi masalah wilayah Palestina," kata Rice di salah satu ruang konferensi yang berdekatan dengan ruang kerjanya di Gedung Deplu AS. Selain ke Indonesia, Menlu AS akan mengadakan kunjungan kerja ke Chile, Peru dan Australia. Sebelumnya Rice sempat merencanakan ke Indonesia dan Australia bulan Januari lalu, namun dibatalkan menyusul memanasnya situasi di Timur Tengah. Kunjungan Rice ke Indonesia merupakan yang pertama kalinya sejak ia diangkat sebagai Menlu dalam periode kedua pemerintahan Presiden George W. Bush. Sementara itu, berkaitan dengan hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat, ia mengatakan bahwa sejumlah peningkatan kerjasama terus dilakukan oleh kedua negara. "Kita terus meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi, kerjasama militer dengan militer, program IMET (pelatihan dan pendidikan militer internasional) telah dimulai lagi. Ada banyak lagi kerjasama yang bisa kita kembangkan, di antaranya dalam menghadapi ancaman pandemi flu burung" katanya. Rice membantah anggapan bahwa hubungan dengan Indonesia atau negara Asia Tenggara lainnya tidak menjadi prioritas dalam kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush. "Kami melihat Indonesia tetap penting bagi Amerika Serikat. Indonesia punya peran strategis di Asia Tenggara. Apa pun yang terjadi di Indonesia akan berpengaruh pada negara-negara di sekitarnya," ujarnya. Rice juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang sedang bangkit, dan mulai kembali menarik bagi investasi. Belum adanya rencana kunjungan Presiden Bush ke Indonesia dalam waktu dekat ini, menurut Rice bukan mencerminkan bahwa AS mengabaikan Indonesia. Presiden Bush terakhir ke Indonesia pada 2003 lalu dalam kunjungan selama beberapa jam di Bali. Presiden Yudhoyono sendiri tahun lalu telah mengadakan kunjungan resmi ke AS, demikian juga yang dilakukan Presiden Megawati sebelumnya. "Meskipun belum sempat ke Indonesia lagi, namun Presiden Bush sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Presiden Yudhoyono di negara ketiga, misalnya pada forum APEC," katanya. Pada kesempatan itu materi pembicaraannya juga cukup mendalam, bahkan nilainya mungkin melebihi dari sebuah kunjungan, tambahnya. Rice akan memulai lawatannya pada 10 Maret ini ke Amerika Latin kemudian ke Indonesia dan terakhir Australia. Deplu AS sementara ini belum mengeluarkan rincian acara Rice selama di Indonesia, namun sebelumnya juru bicara Deplu AS menyebutkan bahwa tema kunjungan itu antara lain mengenai demokrasi dan keamanan regional. (*)
Copyright © ANTARA 2006