Bagdad (ANTARA News) - Balatentara Amerika Serikat (AS) menjanjikan akan menutup penjara Abu Ghraib di Irak mungkin dalam waktu tiga bulan, dan memindahkan sekira 4.500 tahanannya ke penjara lain di Irak, kata juru bicara tentara pada Kamis. Penjara di barat Bagdad itu merupakan pusat penganiayaan di bawah Presiden Saddam Hussein sebelum gambar serdadu AS menyiksa warga Irak di sana pada tahun 2003 memberinya makna baru akan kekejiannya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pertengahan Februari 2006 melukiskan penjara itu sebagai "sangat menggelisahkan" setelah gambar penyiksaan tawanan di penjara Abu Ghraib dipublikasikan, dan menyampaikan harapan bahwa gambar itu diselidiki secara cepat. "Semua gambar itu sangat menggelisahkan dan kami mengharapkan itu diselidiki secepat mungkin," kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan, Stephane Dujarric, kepada wartawan di markas besar badan dunia tersebut, New York. Sementara itu, departemen pertahanan AS (Pentagon) tidak mau memastikan keaslian gambar terakhir itu, tapi menyampaikan kekuatiran gambar tersebut menggelorakan kekerasan di dunia Muslim. Siaran publik Australia (SBS) menyiarkan yang disebutnya gambar belum pernah diterbitkan dan sebuah film dari Abu Ghraib, yang memperlihatkan sejumlah tawanan, beberapa berdarah, sejumlah lain telanjang, dan satu dilumuri kotoran. Kemunculan gambar baru penyiksaan tahanan Irak oleh balatentara AS itu dinilai pakar akan meningkatkan rasa benci akan negara adidaya itu di antara bangsa Arab. Media di dunia Arab menayang-ulangkan gambar siaran stasiun televisi Australia SBS, yang memperlihatkan serdadu Amerika Serikat melakukan pelanggaran seksual dan jasmani atas tahanan Irak di penjara Abu Ghraib. Naila Hamdy, mahaguru komunikasi massa universitas AS di Kairo (AUC), yakin bahwa gambar itu akan meningkatkan rasa benci terhadap AS tidak hanya di Irak, tapi juga di tingkat kawasan. Gambar itu sangat peka, kata perempuan itu, kendati tidak baru, karena berasal dari masa dan tempat sama dengan gambar sebelumnya lebih dari dua tahun lalu, yang memicu kecaman seluruh dunia. Tentara AS, yang terlibat perkara itu, sudah dihukum. Di antara gambar terahir siaran SBS itu terdapat citra tahanan terborgol dengan berkerudung duduk di lantai menghadapi anjing hitam. Gambar lain menunjukkan tahanan bugil dengan kaki terborgol digantung di tempat tidur susun. Hussein Amin, mitra Hamdy di AUC, menyatakan gambar itu akan memancing perlawanan di antara bangsa Arab, khususnya Irak, dan akan memicu kekerasan dengan sasaran orang asing, khususnya AS. Bagi banyak warga Irak, gambar itu, yang memperlihatkan pelecehan di penjara terkenal tersebut tahun 2003, membuat rakyat Irak lebih menyalahkan pendudukan asing atas negeri mereka. "Gambar itu mutlak tidak berarti apa-apa, selain memrakarsai lingkaran kekerasan dan kebencian pada AS," kata Amin. Tajuk harian se-Arab "Al-Quds" menyatakan, gambar itu menambah "bensin" pada "api" kemarahan umat Islam. Hamdy sepakat bahwa penyiaran gambar itu terjadi pada waktu salah. Ia yakin bahwa mestinya, sejak awal, gambar itu tidak disiarkan. "Saya tidak melihat kepentingan untuk menyiarkannya, karena kami sudah melihat sebelumnya dan tidak ada yang baru dari gambar menjijikkan itu," tambahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006