Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah kalangan meragukan kemampuan direksi baru PT Pertamina (Persero) memperbaiki kinerja apalagi membawa BUMN tersebut menjadi perusahaan kelas dunia.
Hal itu diungkapkan anggota DPR Drajad Wibowo, pengamat ekonomi Indef M. Fadhil Hasan, anggota DPD Marwan Batubara dan Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro dalam kesempatan terpisah di Jakarta, Kamis.
Menneg BUMN Sugiharto, Rabu (8/3) malam, melantik direksi baru
Pertamina dengan susunan Dirut, Ari H. Sumarno, Wakil Dirut, Iin Arifin
Takhyan, Direktur Pemasaran dan Niaga, Achmad Faisal, Direktur Hulu, Sukusen Soemarinda, Direktur Pengolahan, Suroso A., Direktur Keuangan, Frederick ST Siahaan, dan Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM), Soemarsono.
Fadhil Hasan mengatakan, formasi direksi baru tersebut bukanlah
langkah
overhaul terhadap kinerja Pertamina, seperti janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kalau
overhaul harusnya menyentuh hingga level menengah. Bukan malah mempertahankan direksi lama," katanya.
Namun, Fadhil tetap memberikan kesempatan kepada direksi baru
membuktikan kinerjanya dalam 100 hari pertama ini.
Menurut dia, pengelolaan Blok Cepu berada di bawah kendali Pertamina haruslah menjadi ujian pertama bagi direksi baru.
"Kami memberi kesempatan kepada direksi baru Pertamina. Tapi, kami akan melakukan perlawanan, jika pengangkatan direksi baru ini menjadi kendaraan guna memuluskan penunjukan ExxonMobil sebagai operator Cepu," katanya.
Hal senada dikemukakan pengamat ekonomi yang juga anggota DPR, Drajad Wibowo. Menurut dia, Ari sebagai nahkoda di Pertamina masih mempunyai persoalan menggantung yang bisa menyulitkan posisinya di kemudian hari.
"Seperti kasus Petral dan juga menglarifikasi siapa-siapa pemasok BBM dan minyak mentah selama ini," ujarnya. Petral adalah anak perusahaan Pertamina yang bergerak dalam impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak mentah yang cukup bermasalah.
Menurut dia, orang-orang yang ditempatkan dalam jajaran direksi baru Pertamina hanyalah upaya menyenangkan Amerika Serikat (AS).
Sedangkan, Marwan Batubara mengatakan, pergantian direksi Pertamina tersebut merupakan upaya memuluskan ExxonMobil sebagai operator Blok Cepu.
Ia secara khusus mempertanyakan penunjukkan Ari sebagai Dirut Pertamina.
"Kami akan mendesakan direksi baru Pertamina mundur kalau ExxonMobil jadi operator Cepu," kata Koordinator Gerakan Rakyat Penyelamat Blok Cepu itu.
Ia menilai, setelah mengetahui susunan direksi baru Pertamina, maka janji pemerintah melakukan
overhaul dan mereformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), agar menjadi perusahaan kelas dunia hanyalah retorika politik saja.
Ia juga mempertanyakan langkah pemerintah menempatkan orang-orang yang diketahui bermasalah di jajaran direksi perusahaan sebesar Pertamina.
"Janji Menneg BUMN menjalankan
good corporate governance dan
menempatkan
The Champions di BUMN, termasuk Pertamina, hanyalah
lip service, dan cuma mencari simpati publik," ujarnya.
Menurut dia, pernyataan Sugiharto bahwa Direksi Pertamina di bawah Widya Purnama telah gagal menjadi sulit diterima akal sehat.
Oleh karena, Sugiharto selaku Menneg BUMN malah mengangkat kembali Ari Sumarno, Suroso dan Achmad Faisal yang menjadi bawahan Widya sebagai direksi baru Pertamina. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006