Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan meminta persetujuan DPR agar PT Garuda Indonesia dapat melepas saham kepada publik (IPO) sebagai salah satu opsi penyelamatan perusahaan penerbangan itu.
"Pola IPO merupakan salah satu opsi yang akan disampaikan ke DPR," kata Meneg BUMN Sugiharto, usai Rapat Koordinasi Terbatas tentang Penyelamatan Garuda di Gedung Depkeu, Jakarta, Kamis malam.
Rapat tersebut juga dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, dan Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar.
Namun, Sugiharto maupun Hatta Rajasa tidak merinci lebih lanjut kapan IPO Garuda dapat terealisasi.
Menurut Sugiharto, selain IPO pemerintah memiliki beberapa alternatif yang dapat dijalankan, antara lain memberi dana talangan yang bersumber dari APBN.
"Sudah ada persetujuan penggunaan dana APBN, namun saya tidak ingin berspekulasi karena merupakan domain Menkeu," ujar Sugiharto.
Ia menjelaskan, sebetulnya pemerintah memiliki "contigency plan" dalam menyelesaikan restrukturisasi Garuda, namun harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DPR.
Utang Garuda saat ini mencapai sekitar 790 juta dolar AS, yang terdiri dari 510 juta dolar utang ke European Credit Agency (ECA) 130 juta dolar kepada pemegang surat utang (promissory note) dan sisanya sekitar 150 juta dolar pada Bank Mandiri dan PT Angkasa Pura.
Sebanyak 55 juta dolar AS dari MTN itu, jatuh tempo akhir 2005, dan Garuda dinyatakan tidak sanggup membayar.
Sugiharto menjelaskan, posisi Kementerian BUMN sebagai pemegang saham, jelas ingin membuka transformasi bisnis dan manajemen di Garuda agar bisa menghadapi tantangan terhadap "global dynamic" di sektor transportasi udara.
Lebih lanjut dijelaskan, pemerintah pada 2006 menargetkan privatisasi BUMN yang di antaranya dilakukan melalui program IPO.
Meski demikian, dana hasil IPO tidak serta merta untuk mengisi APBN, tetapi bisa juga digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan, sehingga peluang bisnis yang strategis dari masing-masing BUMN bisa diambil.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006