Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik mencatat apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp1.000 maka akan berdampak inflasi 0,5 persen hingga 0,6 persen.

"Kalau naik Rp1.000 menambah inflasi 0,5-0,6 persen, ini on top. Ini (dampak) langsung," ujar Deputi bidang Statistik, Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Djamal di Jakarta, Rabu.

Sedangkan, Djamal menambahkan apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) Rp1.500 maka akan menyebabkan inflasi sebesar 0,8 persen hingga 0,9 persen.

Menurut dia, dampak tidak langsung akibat kenaikan BBM akan ada penyesuaian harga barang selama dua bulan pertama dan menyebabkan inflasi.

Namun, Djamal belum dapat memastikan berapa besar laju inflasi yang dapat terjadi apabila terjadi pengaturan BBM bersubsidi, karena simulasi penghitungan yang lebih rumit.

"Kalau pembatasan, simulasinya agak ribet. Ada yang pindah (ke pertamax), tapi kita juga harus menghitung probability berapa orang yang tadinya pakai mobil sekarang tidak pakai atau lari ke kendaraan umum, dan berapa yang lari ke gas. Jadi complicated sekali," katanya.

Sedangkan, Djamal menambahkan apabila pemerintah jadi menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) mulai April mendatang maka akan berdampak inflasi sebesar 0,18 persen.

"Simulasi pada waktu itu, dampak pengaruh kenaikan TTL yang 10 persen, dampak langsungnya 0,18 persen. Hitungan kita sama persis dengan Bank Indonesia," ujar Djamal.

Dampak tidak langsung dari kenaikan TTL, lanjut Djamal, akan berpengaruh kepada dunia usaha dan akan meningkatkan laju inflasi dari satu hingga 1,5 kali dampak langsung sebesar 0,18 persen.

Menurut Djamal, dengan kemungkinan tersebut hingga akhir tahun, laju inflasi diprediksi masih bisa mencapai asumsi dalam APBN 2012 sebesar 5,3 persen apabila stok pangan tetap terjaga.

"Inflasi tidak hanya karena harga naik, tetapi juga karena ekspektasi orang yang khawatir, sehingga dia beli banyak, kalau bulan berikutnya stok (barang atau pangan) tidak ada, akan berbahaya," katanya.

Djamal juga mengatakan kemungkinan deflasi masih bisa terjadi pada tahun ini terutama pada masa panen.

"Deflasi peluangnya kalau lihat tren peluang di Maret, harga murah dan kontribusi beras tinggi. April masih mungkin, tapi April sudah ada isu (pengaturan BBM)," ujarnya.

BPS mencatat laju inflasi pada Januari 2012 mencapai 0,76 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan terutama beras.

Sementara pada 2011, laju inflasi akhir tahun mencapai 3,79 persen atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah sebesar 5,65 persen.

(T.S034/A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012