Jakarta (ANTARA News) - Satu dari tiga perempuan di dunia berisiko mengalami pengeroposan tulang (osteoporosis), jumlah ini empat kali lebih besar dari pada risiko pada laki-laki.
"Prevalensi osteoporosis di Indonesia pada perempuan berusia 50 hingga 80 tahun adalah 23 persen, sedangkan pada usia 70-80 tahun sebesar 53 persen," kata dr. Tanya TM Rotikan pada seminar Dancow Calcium Plus Activity 2012 di Jakarta, Rabu.
Dengan kata lain, lanjutnya, satu dari 3 perempuan berisiko terkena oestoporosis sementara hanya satu dari lima pria berisiko terkena osteoporosis.
Menurut dokter dari Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut, secara garis besar ada dua faktor penyebab osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
Faktor yang dapat diubah atau dicegah antara lain karena: kurang aktivitas fisik, asupan kalsium rendah, kekurangan protein, kekurangan paparan sinar matahari, dan kurang asupan vitamin D.
Selain itu, beberapa kebiasaan buruk lain juga dapat menjadi penyebab utama oestoporosis antara lain asupan kafein tinggi, asupan alkohol, kebiasaan merokok, hormon estrogen rendah, dan meminum beberapa jenis obat seperti steroid.
"Kalau faktor yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan, usia, ras Asia dan Kaukasia, Menopouse, dan ukuran badan," kata dia.
Menurut dr. Tanya, ras Asia dan Kaukasia memang terbukti secara medis berisiko besar terkena pengeroposan tulang dibanding dengan ras lainnya seperti negroid yang cenderung bertulang tebal.
Ukuran badan yang terlalu kurus rupanya juga dapat berisiko besar terkena osteoporosis karena kurangnya massa tulang.
Guna mencegah osteoporosis, dr. Tanya menyarankan sebaiknya dilakukan sejak usia muda maupun masa reproduksi.
"Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan melalui asupan kalsium yang cukup, paparan sinar matahari yang cukup, aktivitas yang cukup, serta menjalankan pola hidup yang benar seperti menghindari rokok dan alkohol," kata dia.
(I027)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012