Lebak (ANTARA News) - Nelayan pesisir selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Banten, selama tiga pekan terakhir belum melaut, akibat gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan.
"Kami belum berani melaut karena gelombang laut serta angin yang cukup besar," kata Ode (45), seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah, Kabupaten Bayah, Selasa.
Ode mengatakan, semua nelayan di sini memutuskan untuk tidak melaut sehubungan dengan cuaca dan kondisi laut di pesisir Selat Sunda bagian selatan yang membahayakan bagi keselamatan jiwa mereka.
Selama ini angin kencang disertai hujan dan ombak besar bisa menyebabkan bencana bagi nelayan, apalagi nelayan di sini masih tradisional.
Mereka hanya menggunakan perahu kicang sebagai alat untuk menangkap ikan dengan ukuran panjang 10 meter dan lebar 1,5 meter.
"Belum lama ini perahu nelayan terdampar akibat diterjang ombak tinggi, namun beruntung bisa diselamatkan oleh nelayan lain," katanya.
Ia menjelaskan, perahu kicang itu tidak kuat menahan angin kencang dan ombak setinggi tiga sampai empat meter.
Selama nelayan tidak melaut untuk menutupi keperluan keluarga sehari-hari terpaksa mengutang atau menjual perabotan rumah tangga.
"Dalam setahun kami dan teman-teman sudah beberapa kali tidak melaut, karena kondisi alam yang tidak menentu," ujarnya.
Begitu pula, Madopi (45) nelayan TPI Teluk II Labuan Kabupaten Pandeglang, mengatakan, dirinya sudah tiga pekan menganggur akibat cuaca memburuk, selain hujan besar juga ombak dan angin kencang.
"Kami dan nelayan di sini lebih baik memilih tinggal di rumah karena ombak cukup besar disertai angin kencang," katanya.
Sementara itu, Hadiyanti, pengamat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Serang, mengaku selama beberapa hari terakhir cuaca di perairan Selat Sunda bagian selatan dan utara memburuk akibat dampak secara tidak langsung badai tropis di utara Darwin, Australia.
"Saya kira dampak buruk badai tropis tentu mengakibatkan gelombang tinggi disertai angin kencang," katanya. (MSR/Y006)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012