New York (ANTARA News) - Harga minyak di New York jatuh pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena pasar mengkhawatirkan data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di Amerika Serikat, konsumen minyak mentah terbesar dunia.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, mengakhiri sesi di 98,48 dolar AS per barel, turun 30 sen dari tingkat penutupan Senin, lapor AFP.
Di seberang Atlantik, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 12 sen menjadi 110,87 dolar AS per barel di London.
Kontrak acuan New York membuat keuntungan pada awal perdagangan di tengah berkembangnya optimisme bahwa Yunani akan mencapai kesepakatan dengan para kreditor swasta untuk mencegah gagal bayar utang negara.
Tetapi pasar melakukan sebuah perubahan tiba-tiba, setelah data baru menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun pada Januari dan harga di pasar perumahan yang tertekan turun untuk kelima bulan berjalan pada November.
Angka mengecewakan itu menimbulkan kekhawatiran tentang kekuatan permintaan energi Amerika Serikat.
"Data yang keluar hari ini mengatakan bahwa kita tidak sekuat seperti yang kita pikirkan, sehingga menghapus beberapa momentum," kata Phil Flynn dari PFG Best.
Harga minyak mentah sebelumnya telah didukung oleh data dari Jepang, pengimpor minyak utama, yang mengatakan bahwa pengeluaran rumah tangga telah meningkat untuk pertama kalinya sejak bencana gempa dan tsunami yang menghancurkan pada 11 Maret tahun lalu.
Para pedagang juga sangat memperhatikan upaya terbaru para pemimpin Uni Eropa untuk mengatasi kesulitan Yunani dengan sebuah kesepakatan bantuan utang baru besar-besaran.
Harga juga didorong oleh meningkatnya ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan, yang pada Minggu mengatakan, pihaknya menangguhkan produksi minyak setelah dituduh Khartoum mencuri 815 juta dolar AS dari minyak mentahnya.
Yang diperselisihkan adalah biaya saluran pipa untuk transportasi minyak Selatan yang terkurung oleh daratan ke pelabuhan melalui bagian bokong negara Sudan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon, Minggu mengatakan bahwa ketegangan dan percekcokan minyak telah menjadi ancaman utama terhadap perdamaian dan keamanan regional. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012