Karawang (ANTARA News) - Produksi batu bata yang dilakukan para perajin di Kampung Cariu Timur, Desa Pangulah Utara, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sejak beberapa pekan terakhir terhambat akibat hujan yang turun terus-menerus.

"Proses pengeringan dan pembakaran batu bata menjadi lama, karena selalu hujan. Sebab satu-satunya proses yang bagus untuk pengeringan bata itu dilakukan dengan cara dijemur," kata Dedi, seorang perajin bata di Karawang, Selasa.

Dikatakannya, akibat musim hujan yang mengakibatkan tidak adanya panas matahari, proses produksi batu bata cukup terganggu.

Salah satunya, proses pengeringan menjadi lama. Selain itu, proses finishing juga terganggu karena kayu bakar banyak yang basah. Meski demikian, produksi batu bata yang dilakukan tidak terganggu selama musim hujan. Hanya proses produksi yang menjadi lama.

Menurut dia, pada musim kemarau, proses pengeringan hanya membutuhkan waktu lima hari. Sedangkan saat musim hujan, bisa mencapai dua pekan.

"Karena produksi yang terganggu, maka penjualan pun terhambat," kata dia.

Terganggunya proses produksi batu bata itu sendiri diakui tidak berpengaruh pada harga. Saat ini, batu bata dijual dengan harga Rp460 per buah. Harga itu merupakan harga standar.

Perajin bata lainnya, Agus, mengakui keterhambatan proses produksi batu bata selama musim hujan. Hal itu akibat selama musim hujan tidak ada panas matahari yang biasa digunakan sebagai alat yang membantu proses pengeringan.

Menurut dia, produksi batu batanya itu sudah dipasarkan ke berbagai daerah, baik dari Karawang maupun dari luar Karawang. Umumnya, pembeli datang sendiri ke tempat pembuatan (produksi) batu bata dan langsung melakukan transaksi di tempat. (MAK/B012)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012