Wonosobo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta rakyat Indonesia terus mencari cara mengembangkan kawasan wisata, mengingat masih banyak peluang dan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah wisata. "Jangan jadi bangsa yang kering idealisme, kering gagasan," kata Presiden dalam acara peletakan batu pertama pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng di Pelataran Dieng Plateau Theater, di Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis. Ia memberikan contoh sebenarnya pengembangan pariwisata di Indonesia dapat dikembangkan melalui kerjasama antar propinsi maupun antar negara. Untuk kerjasama antar propinsi, Presiden menyebut ziarah bisa menjadi semacam pengajaran agama yang dapat dijadikan paket wisata. Misalnya, untuk ziarah ke makam Walisongo, paket wisata dapat melibatkan tiga propinsi sekaligus, karena makam-makam Walisongo tersebar di Jawa Barat (satu makam), Jawa Tengah (tiga makam), dan Jatim (lima makam). Sedangkan dalam konteks antar negara, Kepala Negara melihat bahwa Indonesia memiliki potensi mengembangkan wisata untuk jejak peradaban dan sejarah bersama-sama beberapa negara anggota ASEAN. Ia menyebut setidaknya Indonesia dapat membuat lintasan wisata jejak peradaban dengan Kamboja, Myanmar, dan Thailand, karena seperti Indonesia yang memiliki Candi Borobudur yang dibuat pada abad ke VIII, ketiga negara itu juga memiliki bangunan peninggalan peradaban di Kamboja Candi Angkor Wat, di Myanmar ada pagoda yang berumur 600 tahun sebelum Masehi, dan Chiang Mai (Thailand) ada kuil besar. Dalam kesempatan tersebut, Presiden di dampingi ibu Ani Yudhoyono, putra kedua Edi Baskoro, Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Menurut Presiden, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Jero Wacik dan Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo seharusnya juga hadir dalam kesempatan tersebut, namun kedua menteri itu sedang melakukan kunjungan ke Eropa. Presiden sendiri menerangkan bahwa kunjungannya ke Dieng tersebut, pada kesempatan kali ini, merupakan yang kedua kalinya dan sebelumnya ia telah berkunjung pada 1973 ketika dirinya masih taruna Akademi Militer di Magelang. "Saya sangat terpesona dengan keindahan alam di sini dan tentu suatu saat ingin kembali lagi," katanya. Tentang pengembangan kawasan Wisata Dieng, ia meminta pihak-pihak terkait untuk terutama memperhatikan masalah keamanan. "Tempatnya harus aman dan jangan sampai tragedi tahun 1979 terjadi lagi. Kalau ada daerah yang berbahaya, beri tulisan yang besar-besar `daerah berbahaya di larang masuk`," katanya mengingatkan. Sebelumnya Presiden di Dieng Plateau Theater menyaksikan penayangan film semi dokumenter berjuang "Bumi Kayangan Dieng Plateau". Dalam film tersebut diungkapkan pada 1979, sebanyak 149 warga Dieng tewas setelah menghisap gas beracun. Pada suatu pagi, menurut paparan film tersebut terjadi gempa yang menyebabkan kawah Sinila di Dieng meletus dan mengeluarkan gas CO2 (karbondioksida) konsentrasi tinggi. Para penduduk yang naas keluar rumah berupaya melarikan diri, namun justru mereka berlari ke arah daerah yang tercemar gas. Dalam film yang diproduksi, Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen ESDM itu, juga ditayangkan potensi-potensi wisata Kawasan Dieng antara lain, sejumlah bangunan candi yang tersebar, kawah, telaga, dan kesenian tradisional. Keunikan lain yang ditampilkan adalah anak-anak Dieng yang berambut gembel. Setelah menyaksikan film dan meletakkan batu pertama pengembangan Kawasan Wisata Dieng, presiden dan rombongan kemudian meninjau Kawah Cikidang dari panggung gardu pandang.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006