Banda Aceh (ANTARA News) - Sedikitnya 6.000 perempuan dari pasangan usia subur (PUS) yang selamat dari bencana tsunami dan tinggal di barak hunian sementara (Huntara) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dilaporkan dalam keadaan hamil. "Mereka yang dulunya peserta KB aktif melepaskan alat kontrasepsi karena ingin hamil untuk menggantikan anaknya yang meninggal atau hilang saat bencana tsunami, 26 Desember 2004," kata Kepala Kantor BKKBN Aceh, H. Nasrullah Jakfar, di Banda Aceh, Kamis. Hasil pendataan petugas BKKBN beberapa waktu lalu mencatat jumlah korban tsunami (pria dan wanita) yang masih bertahan hidup di barak saat ini sekitar 50.000 KK atau 200.000 jiwa dari total penduduk Aceh yang sekitar 850.000 KK. "Terjadinya `ledakan` kelahiran di barak karena mereka menunda ber-KB ingin memiliki anak," katanya. Sementara, jumlah perempuan dari pasangan usia subur yang tinggal di luar barak dan dalam keadaan hamil saat ini mencapai 51.000 orang, kebanyakan mereka adalah para korban yang selamat dari bencana alam gempa bumi dan tsunami. "Pasca tsunami, angka kehamilan di Aceh terjadi peningkatan antara 10-12 persen dibandingkan sebelum bencana tsunami yang enam persen per-tahun," kata Nasrullah. Dalam keterangan yang didampingi Kepala Bidang PKS-PK BKKBN Aceh, Drs. H. Luthfi A. Aziz, ia menyebutkan, secara umum angka kehamilan yang terjadi di daerahnya pasca bencana tsunami belum mencapai titik mencemaskan dibandingkan sebelumnya. Kenyataan itu terlihat dari jumlah pertambahan penduduk Aceh selama ini, yakni antara 50.000 sampai 60.000 per tahun, namun pengaturan kehamilan perlu dilakukan, terutama bagi perempuan yang sudah berusia diatas 40 tahun. "Para relawan KB tidak melarang perempuan barak untuk hamil, tetapi mereka dianjurkan untuk mengatur jarak kelahiran, namun tidak dibatasi anak dua atau tiga orang, terserah kemampuan ekonomi keluarga itu sendiri," tambahnya. Menurut Nasrullah, petugas BKKBN bersama relawan KB terus memantau serta menjaga kondisi kesehatan perempuan hamil yang tinggal di barak untuk mencegah terjadi kelahiran tidak normal, dengan memeriksa kesehatan kandungan secara teratur. "Petugas kami selalu menganjurkan kepada setiap perempuan barak yang hamil untuk memeriksa kesehatan secara teratur, termasuk bagi pasangan muda yang menikah pasca bencana tsunami lalu," demikian H. Nasrullah Jakfar.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006