Wakil IMF untuk Asia Anoop Singh mengatakan keterpurukan Eropa ke dalam kondisi resesi dapat menyodorkan sebuah tantangan bagi Beijing untuk mempertahankan kestabilan pertumbuhannya, lapor AFP.
"Kami tidak melihat pendaratan keras sebagai suatu kemungkinan peristiwa di China," katanya.
Namun, dia menambahkan, "Terdapat risiko jelas, khususnya eskalasi dari peristiwa di Eropa."
"Ada kans bagi stimulus fiskal jika risiko sisi buruknya terwujud."
Pada umumnya di Asia, kata Singh, pemerintah masih punya bantal fiskal untuk bisa mengintervensi guna membantu ekonomi mereka tanpa risiko fiskal besar.
"Laju konsolidasi tentu saja bisa diperlambat di banyak ekonomi yang secara relatif memiliki tingkat utang publik rendah, seperti China tentu saja."
Beijing, tambahnya, sudah memiliki perangkat jelas dan mapan untuk mengkonter pertumbuhan yang terlalu lambat dengan meningkatkan konsumsi domestik -- kebalikan dengan ketergantungannya di masa lalu pada investasi untuk mendorong pertumbuhan.
"Saya pikir bahwa itu adalah stimulus utama yang dapat mereka kemukakan apabila peristiwa-peristiwa eksternal menjaminnya."
Meski laju pertumbuhan masih cepat, ekonomi China sudah menunjukkan sejumlah kelemahan dalam bulan-bulan belakangan.
Pada 20 Januari indeks utama aktivitas manufaktur, indeks manajer pembelian sementara HSBC, mengalami kontraksi bulan ketiga berturut-turut.
Minggu lalu IMF menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi China menjadi 8,2 persen pada 2012, turun dari perkiraan 9,0 persen hanya tiga bulan sebelumnya. (K004)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012