Malabo, Guinea Khatulistiwa (ANTARA News) - Kekalahan Tim Angola 0-2 dari Pantai Gading pada penyisihan Piala Nasional Afrika bukan cuma menyesakkan mereka. Tidak boleh bicara atau berkomentar apapun kepada pers, itu "denda" tambahan bagi Angola.
Untuk memastikan hal itu, mereka dikawal ketat oleh polisi Angola yang khusus didatangkan ke Guinea Khatulistiwa --negara tuan rumah-- saat melewati area wawancara yang berada di antara ruang ganti dan lokasi bis diparkir, Senin (30/1).
Sekitar 20 polisi bersenjata tongkat dikerahkan untuk menghentikan pertanyaan yang dilontarkan lebih dari 15 pewarta terhadap para pemain Tim Angola itu.
Salah satu jurnalis asal Angola mengungkapkan, jika mereka kedapatan diwawancara atau muncul di berita tentang kekalahan tersebut, tim itu terancam akan mendapatkan pembalasan saat kembali ke negaranya.
"Mereka mengatakan akan dihukum ketika tiba di Angola," kata jurnalis Angola itu.
Sementara itu, konferensi pers, seusai pertandingan, menjadi saksi hal tidak biasa saat pelatih Lito Vidigal mengeluhkan mengenai standar penerjemahan yang disediakan direktur federasinya.
Pejabat tim yang malu karena kekalahan itu harus menerjemahkan sendiri kritik yang dilemparkan Vidigal ke dalam bahasa Prancis dan bahasa Inggris. Angola yang sosialis itu memang berbahasa Perancis.
Di tempat yang sama, Vidigal memasang tampang "tidak terima" dan menggelengkan kepalanya selama proses penerjemahan berlangsung. Vidigal juga mengatakan bahwa sambutannya dilakukan di luar dari konteks yang sesungguhnya. (F013)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012