Pekanbaru (ANTARA News) - Bisnis ekonomi kreatif berupa pengolahan limbah kayu menjadi hiasan interior mulai mencuri perhatian di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, karena menawarkan desain yang unik serta ramah lingkungan.
"Sejak usaha pengolahan limbah kayu ini saya perkenalkan satu setengah bulan yang lalu, sekarang mulai banyak peminatnya," kata Richard, pemilik "Wood Project" kepada ANTARA di Pekanbaru, Senin.
Ia menjelaskan, usaha desain interior limbah kayu dilakoninya secara kebetulan. Bisnis tersebut hanya membutuhkan ketekunan dan kreativitas, tanpa perlu modal besar.
Ketika ditemui di sebuah kantor yang menggunakan jasa interior limbah kayu di Jalan Ahmad Dahlan, Pekanbaru, Richard berhasil menciptakan ruangan kantor sempit berukuran sekira 6x4 meter bagaikan galeri seni yang menarik. Sapu lidi ia gunakan untuk menutupi dua sisi dinding bagian depan sehingga menciptakan kontur yang unik. Sekilas dinding itu bagaikan menggunakan kertas yang bermotif garis memanjang.
"Untuk dinding lidi ini saya menghabiskan 150 ikat sapu lidi," katanya.
Bagian dinding teras dan belakang ia mengubah potongan kayu bekas menutupi seluruh dindingnya. Satu sisi dinding lainnya ia menggunakan triplek bekas yang dipotong berbentuk kotak kecil dan disusun seperti petak teka-teki silang.
Menurut dia, semua bahan baku produk yang digunakannya hampir 100 persen gratis karena merupakan limbah.
"Jangan tanya harganya, karena itu semua dari tong sampah semua," ujarnya.
Selain itu, Richard dengan kreatif juga menggunakan limbah tabung pengering dari mesin cuci menjadi tudung lampu gantung. Bahkan, ia menggunakan pecahan cermin yang dikumpulkannya secara gratis dari tukang kaca di Pekanbaru menjadi sebuah karya desain interior indah ketika semuanya disusun memenuhi sebidang tembok.
Meski begitu, Richard mengaku tak mematok harga yang tetap untuk karya limbah kayunya itu. Bahkan, ia juga tak sungkan untuk mengajari bagi orang yang berniat untuk membuat desain sendiri dari limbah kayu bekas.
"Saya ingin mengajari generasi muda kita agar tidak konsumtif, tapi kreatif dalam mengolah barang yang dianggap tak berguna lagi," katanya. (F012/S006)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012