Semua potensi budaya desa harus dikembangkan
Jepara (ANTARA) - Tradisi budaya Jembul Tulakan di Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, kembali digelar setelah pandemi mereda, Senin.
Jembul Tulakan sendiri merupakan acara sedekah bumi berupa gunungan yang disebut warga setempat ancak yang berisi nasi, gemblong, jenang, tape, pisang dan makanan tradisional lainnya dengan diberi hiasan dari bilahan bambu yang disisir.
Sementara di atas gunungan terdapat patung yang menggambarkan seorang tokoh bernama Sayyid Usman, seorang ulama yang ikut menyertai Ratu Kalinyamat bertapa di Siti Wangi.
Baca juga: Ratusan perahu nelayan ramaikan tradisi larung kepala kerbau di Jepara
Baca juga: Tradisi larung kepala kerbau di Jepara digelar secara sederhana
Menurut Camat Donorojo Setyo Adhi Widodo mewakili Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta di Jepara, tradisi budaya seperti ini dapat dikembangkan dan dilestarikan sehingga anak cucu nantinya masih dapat mengenali tradisi seperti ini.
"Semua potensi budaya desa harus dikembangkan dan dilestarikan," ujarnya.
Kepala Desa Tulakan atau Petinggi Desa Tulakan Budi Sutrisno menambahkan tradisi Jembul Tulakan memang tidak digelar selama dua tahun karena pandemi dan baru tahun ini kembali digelar setelah pandemi mereda.
Tradisi Jembul Tulakan, katanya, berhasil menarik minat pengunjung dari berbagai daerah.
"Kami ingin terus melestarikan dan mengembangkan tradisi ini hingga menjadi kekuatan ekonomi warga," ujarnya.
Setelah kirab gunungan jembul dari halaman rumah kepala desa, lantas ditutup dengan acara bersih-bersih tempat yang telah dipakai untuk melakukan upacara.
Kegiatan tersebut dilakukan warga Desa Tulakan secara beramai-ramai sebagai bentuk simbol pengusiran terhadap penyakit dan kejahatan di Desa Tulakan.
Baca juga: Ratusan kapal iringi tradisi lomban kupatan di Jepara
Baca juga: Tradisi larung kepala kerbau Jepara tetap digelar di tengah COVID-19
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022