Itu kan hasil monitoring analisis pakai metode tertentu dari swasta
Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menegaskan kualitas udara DKI Jakarta bukan yang terburuk di dunia, sebagaimana laporan dari lembaga IQ Air.
“Itu kan hasil monitoring analisis pakai metode tertentu dari swasta. Ada instrumen yang dia pakai. Saya tidak bermaksud membela diri tetapi kita lihat dari metode yang biasa dipakai,” kata Siti Nurbaya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Menurut Siti, berdasarkan analisa yang dimilikinya, kualitas udara DKI Jakarta justeru berada di nomor 44 dari deretan negara-negara lain.
“Bahwa pada saat yang sama, DKI bukan yang sekian itu, nomor 44. Jadi sebetulnya buat saya itu hanya ukuran dan indikator,” ujarnya.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta tembus indeks 193
Baca juga: BMKG jelaskan sejumlah faktor peningkatan konsentrasi PM2.5 di Jakarta
Ia menekankan agar turut juga dicermati metode yang digunakan dalam menilai kualitas udara, bukan hanya hasil dari penilaian tersebut.
“Selain itu, apa tindak lanjutnya. Itu yang paling penting,” ujarnya.
Sebelumnya, lembaga data kualitas udara IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota paling berpolusi di dunia dengan indeks kualitas udara menduduki angka 193 pada Senin pagi.
Melansir dari laman resmi IQ Air di Jakarta, kualitas udara ibu kota masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Konsentrasi PM2.5 di Jakarta berada pada angka 136,9 gram per meter kubik.
PM2.5 mengacu pada materi mikroskopis tertentu dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang, dengan berbagai efek merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan, dan karena itu merupakan salah satu polutan utama yang digunakan dalam menghitung kualitas udara kota atau negara secara keseluruhan.
Baca juga: Wagub DKI duga kualitas udara buruk akibat naiknya volume kendaraan
Baca juga: Tangerang duduki posisi teratas kualitas udara buruk di Indonesia
Berdasarkan analisa BMKG, konsentrasi PM2.5 yang tinggi di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.
Secara global, kualitas udara di Jakarta pada Senin ini menduduki peringkat terburuk di atas kota Santiago di Chile yang memiliki indeks 175 dan Johannesburg di Afrika Selatan dengan indeks 158.
Selain itu, IQ Air juga menempatkan Kelurahan Sedingin di Riau sebagai daerah dengan kualitas udara paling bersih di Indonesia karena hanya memiliki indeks delapan.
Baca juga: Suhu rendah dan kelembaban tinggi picu polusi di DKI Jakarta
Baca juga: Jakarta kembali duduki posisi teratas kualitas udara buruk di dunia
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022