Ketua Umum Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PB.PEGI) Ikatan Dokter Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam dalam keterangannya yang diterima ANTARA di Kupang, Senin, mengatakan pelayanan endoskopi saluran cerna ini merupakan satu-satunya, pelayanan endoskopi di level RSUD tingkat Kabupaten di NTT.
"Bahkan di Pulau Jawa saja tidak semua RSUD kabupaten atau Kota mempunyai sarana endoskopi saluran cerna," katanya saat meresmikan Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUD Mgr.Gabriel Manek Kabupaten Belu di Atambua.
Endoskopi merupakan prosedur medis yang dilakukan dengan endoskop, yaitu alat berbentuk selang yang dilengkapi dengan kamera dan senter pada bagian ujungnya.
Ari Fahrial syam menceritakan bahwa selama ini kalau masyarakat di kabupaten Beli ingin mendapatkan pelayanan endoskopi mereka harus ke Kupang dengan jalan darat selama kurang lebih enam sampai tujuh jam itu pun hanya untuk tindakan diagnostik.
Berdasarkan informasi dari dokter umum dan spesialis di RSUD tersebut, banyak ditemukan kasus-kasus perdarahan saluran cerna baik dalam bentuk muntah darah maupun melalui anus dalam bentuk BAB berdarah.
"Kalau pasien yang yang mampu mereka berangkat ke Kupang, Mataram, Denpasar atau ke Pulau Jawa," tambah dia.
Padahal ongkos untuk mencapai kota-kota tersebut tidak murah dan pada akhirnya sampai tidak bisa tertolong lagi pasien dan keluarga tidak tahu apa penyebab perdarahan tersebut.
Selain itu banyak indikasi lain endoskopi antara lain Diare kronis, sakit maag kronis, nyeri perut berulang disertai berat badan turun.
Lebih lanjut pada saat peresmian pusat endoskopi saluran cerna tersebut juga dilakukan pemeriksaan pada delapan pasien dengan keluhan saluran cerna kronis dan satu tindakan pengikatan varises kerongkongan/esofagus.
Ternyata tanpa diduga sebelumnya dari delapan pasien yang diperiksa tiga pasien diantaranya diketahui terkena tumor esofagus, tumor lambung, dan tumor usus besar dan dari penampakan endoskopi ketiga tumor ini curiga ganas. Tim dokter pun mengambil sampel biopsy untuk pemeriksaan lebih lanjut dikirim ke Kupang.
"Dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan kasus-kasus itu terlambat untuk ditangani karena ketidakadaan alat diagnostik penting ini," tutur dia.
Ia juga menambahkan bahwa alat endoskopi saluran cerna ini memang bermanfaat bukan saja untuk skrining, kepastian penyakit tetapi juga tindakan terapeutik endoskopi misal pengikatan varises, pengambilan polip dan penyetopan perdarahan dengan klip (endoclip hemostatic).
Dokter yang mengerjakan tindakan ini adalah dokter spesialis konsultan atau dokter spesialis penyakit dalam yang telah mengikuti pelatihan di pusat pelatihan endoskopi. Sementara perawat yang mendampingi juga harus melakukan pelatihan endoskopi karena proses pembersihan dan perawatan alat canggih ini harus dilakukan secara hati-hati.
Rumah sakit St. Gabriel Manek sendiri sudah mengirim dua perawatnya untuk dilatih menjadi perawat endoskopi di RSCM Jakarta dan dua dokter penyakit dalam juga akan dilatih untuk menggunakan alat endoskopi ini secara bertahap.
Peralatan canggih ini diharapkan bisa membantu masyarakat dan dukungan Pemda seperti bisa menginspirasi kepala daerah lain untuk bisa menghadirkan alat ini di RSUDnya.
Sementara Ketua Majelis Wali Amanat UI Saleh menyampaikan bahwa sebagai putra daerah dirinya sangat berterima kasih kepada Prof Ari Fahrial Syam atas perhatiannya dalam mengedukasi para dokter dan tenaga medis yang ada di Atambua Belu.
"Dengan harapan semoga ke depan juga dilakukan di rumah sakit kabupaten lainnya di NTT dan yang paling utama adalah terbukanya akses untuk putra-putri NTT untuk menjadi spesialis dalam berbagai bidang di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, sehingga kebutuhan akan dokter spesialis yang berkualitas di NTT dapat terpenuhi," tambah dia.
Baca juga: Endoskopi ultrasound lebih akurat deteksi gangguan pencernaan
Baca juga: Hemat waktu servis AC mobil dengan teknologi flushing dan endoskopi
Baca juga: Kemenristekdikti resmikan unit endoskopi RS Unair
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2022