Kediri (ANTARA News) - Sedikitnya 10.677 batang pohon dengan jenis pinus dan sengon di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, Jawa Timur, roboh akibat terjangan angin kencang yang melanda sekitar dua pekan terakhir.

"Yang paling banyak di Kabupaten Tulungagung sampai 4.500 batang pohon, lalu Pare Kabupaten Kediri sampai 2.900 batang pohon, disusul Trenggalek sampai 2.850 batang pohon. Yang lain tidak terlalu besar," kata Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Kediri, Erik Alberto, di Kediri, Sabtu.

Ia mengatakan, terjangan angin yang cukup kencang tersebut membuat batang pohon milik Perhutani tidak kuat menahan, hingga akhirnya roboh. Padahal, usia tanaman relatif tua, ada yang sampai 16 tahun.

Menurut dia, data ini hanyalah sementara. Dimungkinkan, masih ada batang pohon roboh laporannya belum masuk. Sampai saat ini, pihaknya masih terus melakukan pendataan.

Ia mengatakan, luas lahan total milik Perhutani Kediri mencapai 117.322,9 hektar yang tersebar di Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Kediri, dan Nganjuk.

Dengan banyaknya tanaman yang roboh, pihaknya menderita kerugian materi yang cukup besar mencapai lebih dari Rp1 miliar. Terlebih lagi, untuk proses penggantian dengan tanaman baru dan siap untuk berproduksi, seperti pinus yang menghasilkan getah, memerlukan waktu yang cukup lama.

Saat ini, ia terus koordinasi dengan petugas yang bertugas di lapangan untuk memantau batang-batang kayu, terutama yang roboh. Jika lokasinya mudah dijangkau, dipastikan segera diamankan dengan dibawa ke rumah mandor setempat untuk sementara atau dibawa ke tempat penimbunan kayu (TPK).

"Pohon-pohon yang roboh itu termasuk tebangan tak terduga atau tebangan bencana. Jika kondisi geografis memungkinkan, kami langsung bawa kayu ke TPK, tapi jika lokasinya jauh dan sulit dijangkau, kami juga minta petugas memperhatikan keselamatan," ucapnya.

Pihaknya, lanjut Erik tidak ingin ada yang terluka hanya karena mengambil kayu yang roboh di kawasan hutan. Terlebih lagi, sampai saat ini cuaca dan angin kencang masih terus berlangsung. Bahkan, diprediksi sampai pertengahan Februari mendatang, hingga ia juga meminta petugas untuk hati-hati.

Untuk proses penjualan, Erik mengatakan tidak menangani. Hal itu ada di bawah naungan dari Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yang juga di bawah nauangan Kementerian Kehutanan. Pihaknya hanya menanam dan mengelola hutan.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012