"Kalau hanya besar secara sosial-politik, maka warga NU akan menjadi maful untuk selamanya. Itu bahasa santri yang artinya warga NU hanya menjadi objek atau konsumen dari produk-produk orang lain. Jadilah fail, pelaku atau produsen," katanya saat berbicara dalam Rembug Nasional Saudagar NU di Surabaya, Jumat.
Ia mengemukakan, wirausaha itu ditentukan jam terbang dan pendidikan dan latihan. "Kalau satu pengurus cabang mampu mendidik lima wirausahawan baru, maka kalau se-Indonesia akan menjadi pilar kekuatan baru," katanya.
Apalagi, ia menilai, struktur ekonomi di Indonesia selama ini dikuasai satu persen pengusaha besar yang memberi kontribusi produk domestik bruto (PDB) sebanyak 42 persen dengan penyerapan tenaga kerja hanya tiga persen.
"Dari data itu, maka untuk memperkuat ekonomi Indonesia itu harus memperhatikan kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kalau kelompok yang berjumlah 99 persen itu diperhatikan, maka kemajuan ekonomi akan luar biasa," katanya.
Menurut dia, perhatian yang besar itu dapat diwujudkan dalam lima hal yakni kebijakan atau regulasi yang memihak UMKM, iklim atau stabilitas politik, modal, pembinaan SDM, dan jaringan bisnis.
"Karena itu, kalau dinas pertanian punya penyuluh pertanian, maka instansi lain harus punya penyuluh koperasi, penyuluh UMKM, dan sebagainya," kata politisi kelahiran Blitar, Jawa Timur, tersebut. (*)
Pewarta: Priyambodo RH
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012