Jakarta (ANTARA News) - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mengkhawatirkan penyelesaian proyek Blok Cepu terancam mundur dari target semula pada 2014.

Juru Bicara BP Migas, Gde Pradnyana, dalam rilisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa kontraktor pelaksana proyek Blok Cepu terkendala perijinan khususnya ijin mendirikan bangunan (IMB) dari bupati setempat yang belum juga keluar.

"Hingga saat ini, kontraktor masih belum bisa melakukan pekerjaan fisik di lapangan karena IMB dan ijin-ijin lainnya belum keluar," katanya.

Menurut dia, Bupati Bojonegoro mengeluarkan peraturan daerah yang mengharuskan pekerjaan dilakukan kontraktor lokal.

Sementara itu, proyek pekerjaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) sudah diberikan Mobil Cepu Limited (MCL) selaku operator Blok Cepu ke pemenang tender yang merupakan perusahaan nasional.

Perda lainnya, lanjut Gde, juga mengharuskan bangunan pendukung seperti kantor dan akomodasi dibangun di lokasi yang berbeda dari yang sudah direncanakan dan dibebaskan lokasinya.

"Perubahan dan permintaan seperti ini berpotensi membuat proyek tertunda penyelesaiannya. Meski kami akan berusaha tetap sesuai target," ujarnya.

Juru bicara MCL, Rexy H. Mawardijaya, mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha mendapatkan IMB.

"Ada enam poin yang harus kami penuhi," katanya.

Menurut dia, salah satu yang harus dipenuhi dan memakan waktu adalah tukar guling tanah kas desa.

Selain sulit mencari lokasi tanah pengganti, lanjutnya, proses perijinannya mesti sampai ke menteri dalam negeri (Mendagri).

Namun demikian, Rexy menambahkan, pihaknya akan tetap berupaya menyelesaikan proyek sesuai target pada 2014.

"Kendala birokrasi akan diakselerasi dari sisi teknis," katanya.

Proyek EPC Cepu terbagi menjadi lima paket pekerjaan, yakni fasilitas produksi di darat senilai 746,3 juta dolar Amerika Serikat (AS) yang digarap konsorsium PT Tripatra Engineering dan Samsung Engineering.

Lalu, PT Inti Karya Persada Tehnik dan PT Kelsri menggarap proyek EPC-2 berupa desain dan instalasi pipa desalinasi senilai 57,03 juta dolar AS.

EPC-3 berupa pembangunan pipa offshore dan mooring tower senilai 131,64 juta dolar AS digarap PT Rekayasa Industri (Rekind) dan Likpin LLC.

Selanjutnya, EPC-4 yang terdiri atas fasilitas penyimpanan dan bongkar muat terapung (floating storage and offloading/FSO) senilai 298,7 juta dolar dikerjakan PT Scorpa Pranedya dan Sembawang Shipyard.

Terakhir, proyek berupa fasilitas pendukung senilai 95,58 juta dolar AS yang dikerjakan PT Hutama Karya dan PT Rekayasa Industri.

Seluruh pekerjaan EPC ditargetkan selesai pada 2014 dengan produksi minyak mencapai 165.000 barel per hari.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, beberapa waktu lalu mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meminta dirinya menyelesaikan proyek Cepu, selain juga pengembangan gas Masela dan West Natuna.
(T.K007)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012