Jakarta (ANTARA News) - Kejuaraan Indonesia Kart Prix 2012 berlangsung di Sirkuit Karting Internasional Sentul pada 27-29 Januari 2012, yang diikuti ratusan peserta dari 15 negara, merupakan kejutan awal lomba internasional di Tanah Air, setelah beberapa tahun lalu negara ini disinggahi kejuaraan dunia reli mobil (WRC), kejuaraan dunia Indonesia GP, kejuaraan dunia Motocross 125 dan 250 CC.
Ini merupakan gebrakan, karena menjadi momentum kerja awal PP Ikatan Motor Indonesia (IMI) di bawah kepengurusan Nanan Soekarna yang terpilih sebagai ketua umum PP IMI periode 2011-2015 lewat Munas di Solo pertengahan Desember 2011.
Namun kejuaraan karting atau biasa disebut go-kart, ternyata bukan merupakan hal baru di Tanah Air, karena jenis perlombaan ini sudah masuk ke Jakarta pada tahun 1960-an.
Para pereli dan pebalap Indonesia seperti antara lain Hengky Iriawan, Jan Darmadi, Tommy Manoch, Didiet Hoegeng, Beng Soeswanto, Robert Silitonga, Dolly Indra Nasution, Chepot Hanni Wiano, dan Tinton Soeprapto, pada tahun 70-an kerap berkumpul di kawasan Cempaka Putih-Bypass. Apa yang dilakukan mereka?
Ternyata mereka berlatih karting, karena di tempat itulah saat itu dapat dianggap sebagai sarana untuk latihan kendaraan kategori "single seater" itu.
Jenis balapan ini sebenarnya sudah mulai dikenal di Indonesia sejak 1968.
Orang yang pertama kali mengenalkannya adalah Hengky Iriawan, ketika ia baru pulang dari latihan balap di Inggris. Dialah yang membawa sasis WASCHP bermesin McCulloch pertama kali masuk ke Indonesia. Gokart ketika itu sulit didapatkan, karena negara yang memproduksinya baru Amerika Serikat, sebelum akhirnya didominasi Italia.
Putra Hengky, Stanley Iriawan, yang akhirnya juga jadi pebalap kondang, mengatakan bahwa ayahnya membawa kendaraan pendek itu ke Indonesia, karena pemiliknya di luar negeri (orang Indonesia) tidak tahu untuk apa kendaraan itu.
"Orang tua saya membawanya ke Jakarta dan memperkenalkannya kepada teman-temannya," kata Stanley baru-baru ini di Jakarta.
Sebelum Sirkuit Ancol berdiri, lomba gokart biasanya diadakan di Taman Ria Monas. Hengky paling aktif mengembangkan gokart dibanding pebalap lain seangkatannya. Ia mengadakan coaching clinic untuk mengenalkan gokart ke daerah-daerah, salah satunya ke kalangan mahasiswa ITB Bandung.
Pada 1968, mahasiswa jurusan mesin ITB membuat gokart dengan menggunakan mesin motor yang dipakai sehari-hari. Ide ini antara lain diprakarsasi Ir Basuki Subiyakto, M. Nafi, B, Sunaryo, H. Utama dan Ir. Wibisarto. Jalan di dalam Kampus ITB, Ganesha Bandung pun jadi arena balap gokart. Mereka aktif hingga 1974 dan ATPM Suzuki dan Honda pun melirik dengan memberikan mesin yang dapat digunakan mahasiswa ITB yang tergabung dalam M Karting.
"Saya masih terbayang begitu semaraknya perlombaan di Ganesha Bandung, baik dari segi peserta mau pun penontonnya," kata Poedio Oetojo, mantan pereli yang ketika itu kuliah dan tinggal di Bandung, saat menuturkan ikhwal gokart beberapa waktu lalu.
Pada kurun waktu sama, bahkan perusahaan penerbangan Seulawah Airlines sudah ikut andil sebagai sponsor. Sayangnya, pada 1974, seiring dengan semakin banyaknya mahasiswa ITB yang telah menyelesaikan studinya, maka masa kejayaan gokart Bandung pun mulai meredup. Pada masa ini, mahasiswa ITS di Surabaya tak mau kalah, mereka beberapa kali mengadakan lomba dengan tajuk M-ITS Kart Race.
Kalau di Bandung M Karting yang menyemarakkan lomba gokart, maka di Jakarta juga sudah berdiri Jakarta Karting Club (JKC). Pada 1970, generasi gokart yang bermunculan adalah juga para pembalap sepedamotor dan mobil seperti Beng Soeswanto DKK.
Ketika lomba gokart di Indonesia sedang marak-maraknya, Hengky lebih dahulu dipanggil Yang Maha Kuasa. Pada 23 April 1972 ia meninggal dalam satu kecelakaan saat balapan di Ipoh International Kart Prix. Ia meninggal dalam usia muda, 27 tahun. Padahal niatnya belum terlaksana, yaitu mendirikan pabrik gokart di Indonesia.
Pada pertengahan tahun 70-an itu, yang paling getol menyelenggarakan lomba gokart adalah JKC pimpinan Jan Darmadi. Herman Sarens Soediro pun aktif mendukung pembinaan dan perlombaan gokart. Ada juga Indonesia Karting Club (IKC) yang juga aktif sedangkan Tinton Soeprapto yang menjuarai salah satu kejuaraan gokart di luar negeri 1977, selalu mempromotori perlombaan gokart di Senayan.
Jakarta International Kart Prix
JKC bahkan pernah menyelenggarakan Jakarta International Kart Prix pada 1974, diikuti para pembalap dalam dan luar negeri. Pada Jakarta International Kart Prix II 1975, dengan ketua panitia Ponco Sutowo didampingi ketua I Yan Darmadi, 23 peserta asing dari Malaysia, Hongkong, Australia, Filipina dan Singapura datang berlomba.
JKC sendiri menurunkan 16 pembalap, di antaranya terdapat Beng Soeswanto, Anthony Budi, Aswin Nastuion, Benny Hidayat, Derek Madradi, Dolly Indra Nasution, Eddy Lukita, Jan Darmadi, Chepot Hanni Wiano, Robert Silitonga dan T.T. Soeswanto.
Sedangkan di antara peserta perorangan terdapat nama Sidarto SA, Tinton Soeprapto, Yapto Sulistyo, Dali Sofari, Adiguna Sutowo dan beberapa pembalap lain.
Kendati para pembalap JKC membawa nama klub mereka, tapi mereka umumnya disponsori perusahaan berbeda. Para sponsor itu menjadi nama tim mereka, misalnya ada Tim Adiguna Shipyard, Tim Sport Otak, Tim Jakarta Theater, Candi Jaya, Suzuki Racing Team, Honda Astra, Insan Apollo dan lainnya.
Beragam sasis dan mesin gokart sudah beredar di Indonesia. Di antara yang digunakan para pembalap itu adalah sasis Zip Mirage bermesin Komet K-88, Bug Wasp (BM SS), Yamaha (Comet K-88), Bug Stinger (Komet K-88), Deavinson Sprint (BM SS-100), Margay (Comet K-88), Birel (Komet K-88 TT) dan yang lainnya.
Beberapa di antara pembalap Indonesia itu, berlaga juga dalam ajang lomba gokart luar negeri, seperti yang dilakukan Beng Soeswanto saat tampil dalam Philippines Karting Prix. Balapan gokart memang menjadi trend lomba sejak awal 1970 hingga di penghujung dekade itu.
Usai era Herman Sarens dan Jan Darmadi, lomba gokart melorot drastis, bahkan salah satu kewajiban membayar iyuran kepada Konfederasi Karting Internasional (CIK) pun tidak dibayar. Pembalap Indonesia jarang mengikuti lomba gokart di luar negeri dan kalaupun ada yang berlomba, harus mendapat rekomendasi dari salah satu klub otomotif di negara penyelenggara.
Menjelang tahun 1980, berdiri klub Gapalakor (Gabungan Pecinta Alam, Kesenian dan Olahraga) yang diketuai Mamay Kusmayadi, yang meninggal beberapa bulan lalu. Para anggota klub itu yang kebanyakan dari karang taruna, mengadakan lomba gokart, sampai akhirnya Adiguna Sutowo membayar iyuran kepada CIK dan gokart kembali menjadi trend, terlebih setelah mereka menggunakan salah satu lintasan untuk balapan gokart di Sirkuit Ancol.
Booming olahraga gokart terjadi pada 1986, ketika muncul dua tim unggulan yang disponsori perusahaan Gudang Garam dan Bentoel, setellah sebelumnya tim Baygon muncul terlebih dahulu.
Tony Sudarsono, yang sebelumnya berada di bawah tim Baygon bersama Faryd Sungkar dan Maher Algadrie, hengkang dan masuk ke dalam tim Gudang Garam. Ia bergabung dengan Iriawan bersaudara, Stanley dan Glenn, Erwin Mancha, Sinyo Haryanto, Paul Polly, Sonny S dan Simon Y.
Sedangkan dalam tim Bentoel terdapat nama-nama yang disegani seperti Beng Soeswanto, Adiguna Sutowo, Andre Timothy, John Agus dan Ricardo Gelael. Tim lain yang turun memanaskan persaingan ketika itu adalah tim Djarum dan tim Asah Otak asuhan Dolly Indra Nasution.
Amat ironis, dalam dua tiga musim terakhir, para pebalap karting Indonesia ramai-ramai berlomba di luar negeri, salah satunya pada seri Kejuaraan Asia Terbuka (AKOC) yang diadakan di Indonesia, Filipina, Bangkok dan Macau.
Sean Gelael keluar sebagai juara Asia pada 2010 di kelas senior dan di kelas junior dikuasai Senna "King" Iriawan, keduanya ABG masih berusia 14 tahun ketika itu. Dalam dua musim terakhir, Sean Gelael malah melakukan gebrakan dengan mengikuti beberapa seri Kejuaraan Eropa dan pada 2011 ia berlaga dalam 11 kejuaraan di Italia, Inggris dan Spanyol.
Kini, Sean dan teman-temannya akan menunjukkan di depan publik sendiri, bagaimana kepiawaian mereka berlaga dalam kecepatan tinggi di Sirkuit Sentul pada Indonesia Kar Prix 2012, baik dari sisi teknik mau pun strategi.
Karting pun semoga berkembang dan berjaya kembali di Tanah Air, sehingga lahir "local hero" saat F1 kelak berhasil diboyong Tanah Air.
(A008)
Pewarta: A.R. Loebis
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012