Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Australia dalam tahun ini akan menggelontorkan dana sebesar Rp5 triliun kepada Indonesia untuk membantu pemberdayaan masyarakat di daerah tertinggal yang belum mendapat akses pelayanan kesehatan, air bersih dan kemanusiaan.
Direktur Program Australian Agency for International Development (AusAid) Perarca Karetji di Kupang, Kamis, mengatakan bantuan tersebut bersifat hibah, sehingga pemanfaatannya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai kesepakatan bersama antara kedua negara (Australia-Indonesia).
Karetji mengemukakan kebijakan Australia tersebut pada penutupan kegiatan "Temu Bintang Pengembangan Ekonomi Lokal" dengan tema "Inisiatif, Aksi dan Kontribusi Kaum Perempuan Mendukung Ekonomi Lokal dan Kemandirian Desa" yang diselenggarakan sebuah program kerja sama Australia-Indonesia (Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme/ACCESS).
Direktur organisasi yang memediasi kerja sama antara Pemerintah Australia dan Indonesia itu mengatakan untuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), AusAid akan berkonsentrasi pada pengurangan angka kematian ibu dan anak yang secara khusus akan ditangani oleh Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH), selain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM) dan program lain sesuai dengan usulan dan kebutuhan dari daerah serta program HIV/AIDS.
Pada 2010, katanya mencontohkan, kemitraan Australia untuk program penanggulangan HIV, menyalurkan dana sebesar 100 juta dollar Australia untuk membantu sekitar 50.000 nara pidana, 26.000 pengguna napza dengan akses jarum suntik steril, program methadone dan pelayanan serta perbaikan akses terhadap obat-obatan untuk orang dengan orang HIV (ODHA).
Ia mengatakan Australia juga berkonsentrasi dengan kasus HIV/AIDS di Indonesia, karena berdasarkan laporan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Indonesia Tjandra Yoga Aditama, pengidap HIV/AIDS di Indonesia hingga Maret 2011 mencapai 24.282 pasien dengan prevalensinya secara nasional masih di bawah 0,2 persen.
"Prosentasi ini relatif rendah dan sudah mencapai target MDG`s yakni di bawah 0,5 persen dengan lima provinsi yang masih mencatat kasus AIDS terbanyak di Indonesia adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua dan Bali," kata Karetji.
Secara kasuistis, Kementrian Kesehatan mencatat perkembangan epidemik HIV/AIDS di Indonesia termasuk tercepat di Asia, bahkan diperkirakan angka penderita HIV/AIDS diprediksi bisa menembus angka 501.400 orang hingga tahun 2014.
Tahun 2008 orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai 277.700 orang dan diprediksi sampai tahun 2014 bisa mencapai 501.400 orang.
Permasalahan HIV/AIDS, kini sudah menjadi isu nasional, bahkan telah menjadi pembicaraan hangat di dunia international, karena virus HIV/AIDS perkembangannya sangat cepat dan sampai hari ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan secara total.
Kecenderungan bertambahnya penderita bisa saja terjadi karena masih minimnya pemahaman terhadap HIV/AIDS.
Australia, kata Karetji, melalui AusAid pada 2011, menunjukkan keberpihakannya baik berupa program maupun bantuan finansial untuk mewujudkan tekad pemerintah NTT mengurangi angka kemiskinan dan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat di pedalaman.
"AusAid menyumbangkan anggaran sebesar dua juta dollar Australia untuk pemerintah NTT guna membantu memberikan pendidikan dan pelatihan bagi sekitar 585 pendamping kelompok masyarakat (PKM) yang bertugas di Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) agar bisa mendampingi masyarakat dalam mengelola ekonominya menuju sejahtera," katanya.
Sementara ACCESS, kata dia, telah memberdayakan masyarakat pedesaan di enam kabupaten di NTT dengan sejumlah program yang sinergi dengan tekad dan agenda pembangun di NTT.
(ANT)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012