London (ANTARA News) - Harga minyak menguat pada Kamis, di tengah berita bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga rendah selama lebih dari dua tahun untuk meningkatkan pertumbuhan di ekonomi terbesar dunia itu, kata analis.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret, melompat 1,19 dolar AS menjadi 100,59 dolar AS per barel, lapor AFP.
Minyak mentah Brent North Sea untuk Maret naik 1,05 dolar AS menjadi 110,86 dolar AS pada akhir transaksi di London.
"Kemarin Fed mengumumkan penyokong harga minyak mentah dalam dua cara utama," kata Jack Pollard, seorang analis di Sucden Financial Research.
"Pertama, kebijakan akomodatif jangka panjang akan membantu mendukung pertumbuhan ekonomi dan, dengan demikian permintaan energi dari pengguna terbesar minyak mentah dunia akan meningkat.
"Kedua, (karena) keputusan itu telah menekan dolar." Sebuah mata uang AS yang lebih lemah membuat minyak mentah yang dihargakan dalam denominasi dolar lebih murah untuk pembeli yang memegang mata uang lainnya, sehingga mendorong permintaan.
Penentu kebijakan bank sentral AS Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu mengumumkan akan mempertahankan kebijakan moneternya yang "sangat akomodatif" untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh.
FOMC mengatakan, suku bunga acuan akan tetap mendekati nol setidaknya hingga 2014, memperpanjang jangka waktu sebelumnya pertengahan 2013.
Berita bullish the Fed dibayangi kekhawatiran kronis tentang potensi gagal bayar utang Yunani dan data awal pemerintah AS yang menunjukkan permintaan energi lebih lemah.
Pedagang minyak juga mengikuti berita terbaru mengenai Iran setelah Uni Eropa minggu ini memberlakukan larangan impor minyak Republik Islam dan aset yang dimiliki oleh bank sentralnya.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada Kamis bersikeras bahwa negaranya tidak akan rugi oleh sanksi Barat yang baru diberlakukan.
"Pernah perdagangan kami dengan Eropa sekitar 90 persen tetapi sekarang telah mencapai 10 persen dan kita tidak mencari 10 persen ini ... pengalaman telah menunjukkan bahwa bangsa Iran tidak akan merugi," kata Ahmadinejad pada televisi negara.
"Selama 30 tahun terakhir Amerika belum membeli minyak dari kami. Bank sentral kami tidak memiliki hubungan dengan Anda," tambahnya.
Embargo, yang ditujukan menghalangi Iran membangun senjata nuklir, bisa mendorong pengekspor minyak utama itu bereaksi dengan menutup Selat Hormuz yang strategis.
Selat sempit yang menghubungkan Teluk kaya minyak dengan Laut Arab dan luar itu sangat penting untuk ekonomi global, karena sekitar 40 persen dari ekspor minyak global melewati selat tersebut.
Setiap blokade selat Hormuz akan mengirim harga minyak melonjak lebih dari 30 dolar AS per barel, IMF memperkirakan dalam sebuah laporan yang dirilis Rabu. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012