Denpasar (ANTARA News) - Seorang pengamat seni Budaya Bali, Kadek Suartaya, S,S.Kar, MSi menilai, tabuh dan tari Bali menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Bali yang diwarisi secara turun temurun yang tetap terpelihara hingga sekarang.
"Sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Bali, masyarakat primitifnya telah memiliki jenis-jenis tari yang berfungsi untuk menolak hama penyakit (bala) yang hingga kini masih dijumpai di daerah pedesaan dan pegunungan," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, runtuhnya kerajaan Majapahit pada permulaan abad XV, membawa berkah pada keberadaan kesenian di Pulau Dewata yang dikembangkan oleh pelarian seniman-seniman dari Jawa.
Pada zaman kejayaan kerajaan Bali, abad XV-XIX, tarian-tarian Bali mengalami masa keemasan dengan terciptanya beberapa drama tari, di antaranya adalah dramatari Gambuh yang dinilai sebagai sumber tari Bali yang berkembang sesudahnya.
Suartaya yang juga kandidat doktor Kajian Budaya Universitas Udayana itu menambahkan, seni Bali sebagai hasil olah cipta, rasa, serta karsa masyarakat dan seniman Bali sangat diikat oleh nilai-nilai budaya Hindu Bali.
Oleh sebab itu di Bali tiada hari tanpa bunyi gamelan dan orang menari. Alunan gamelan seperti "denyut nadi" Pulau Dewata. Puspa ragam ekspresi seni tari tersaji dalam ritual keagamaan, hadir dalam upacara adat, tampil dalam peristiwa sosial sekuler, dan digelar sebagai tontonan para wisatawan.
Menari tidak hanya dilakoni oleh gadis-gadis cantik dan perjaka tampan, namun dalam ritual agama Hindu yang dianut masyarakat setempat, anak-anak hingga orang tua tampil menari.
Menari adalah kesukacitaan yang mengasyikkan sebagai sebuah persembahan dan sekaligus ekspresi estetik, tutur Kadek Suartaya. (ANT)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012