Buenos Aires (ANTARA) - Bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya paling tinggi dalam tiga tahun pada Kamis (16/6, menyusul kenaikan besar-besaran oleh Federal Reserve AS dan ketika negara Amerika Selatan itu memerangi inflasi setinggi langit yang berjalan di atas 60 persen.
Bank sentral menaikkan suku bunga acuan Leliq sebesar 300 basis poin menjadi 52 persen, kenaikan paling tajam sejak 2019, mengutip meningkatnya persepsi risiko keuangan, melonjaknya harga-harga global dan kebutuhan untuk memacu tabungan dalam mata uang peso lokal yang terpukul keras.
Langkah Argentina, yang mengalami salah satu tingkat inflasi tertinggi secara global, terjadi ketika bank-bank sentral di seluruh Eropa dan di tetangga raksasa Brazil telah menaikkan suku bunga dalam beberapa hari terakhir untuk melawan kenaikan harga-harga.
"Kenaikan suku bunga bertindak terutama dengan mendorong tabungan dalam peso," kata bank sentral, menambahkan pihaknya akan terus mengkalibrasi kebijakan moneter dengan memperhatikan inflasi.
Awalnya didorong oleh melonjaknya harga minyak setelah invasi Rusia ke Ukraina, inflasi global telah meluas ke segala hal mulai dari makanan hingga jasa-jasa dengan angka dua digit di beberapa negara di seluruh dunia.
Argentina, pengekspor biji-bijian utama yang mencoba membangun kembali cadangan mata uang asingnya yang terkuras, melihat harga-harga naik 5,1 persen pada Mei saja dan banyak yang mengantisipasi inflasi tahunan mencapai di atas 70 persen tahun ini, hambatan besar pada tabungan dan upah.
Sumber pemerintah pada Kamis (16/6/2022) mengatakan mereka memperkirakan inflasi untuk tahun ini akan datang antara 52 persen hingga 62 persen, yang akan jauh di bawah perkiraan analis tetapi di atas target yang disepakati dengan Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai bagian dari kesepakatan baru-baru ini.
Bank sentral mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi bulanan "terus menurun secara bertahap" setelah mencapai puncaknya pada Maret.
Analis mengatakan kenaikan tajam adalah tanda keputusasaan bank untuk mengendalikan inflasi dan memastikan investor tidak menarik diri dari sekuritas berdenominasi peso.
“Rasanya seperti bank sentral bermain-main dalam pertarungan ini,” kata Christian Viand, mitra pengelola di agen penyelesaian dan kliring Criteria di Buenos Aires.
Mariano Sardáns, kepala eksekutif FDI Wealth Manager, mengatakan kenaikan itu tidak mungkin menjinakkan inflasi karena kepercayaan pada peso sudah melonjak dan sedikit yang percaya harga-harga dapat dikendalikan setelah bertahun-tahun inflasi tinggi.
"Yang ada adalah ketidakpercayaan penuh," katanya.
Argentina adalah pengekspor utama kedelai, jagung, dan gandum, yang semakin menjadi fokus di tengah krisis pasokan global. Negara ini juga merupakan debitur terbesar untuk IMF, mengamankan kesepakatan baru senilai 44 miliar dolar AS awal tahun ini.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022