Tokyo (ANTARA) - Bank sentral Jepang (BOJ) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga ultra-rendah pada Jumat, dan menekankan tekadnya untuk mendukung ekonomi yang rapuh dengan stimulus besar-besaran, sebuah langkah yang selanjutnya dapat melemahkan yen dengan menyoroti perbedaan kebijakan dengan negara-negara lain.
Sementara perubahan teknis moderta pada batas imbal hasil atau panduan pada jalur kebijakan masa depan tidak dapat dikesampingkan, BOJ diperkirakan mempertahankan dukungan moneter besar-besaran untuk saat ini guna memastikan ekonomi sepenuhnya keluar dari kelesuan.
Bank-bank sentral di seluruh Eropa menaikkan suku bunga pada Kamis (16/6), beberapa dengan jumlah yang mengejutkan pasar, setelah kenaikan 75 basis poin oleh Federal Reserve AS.
Kemungkinan bahwa Jepang akan tetap menjadi pembeda sementara bank-bank sentral global memperketat kebijakan untuk memerangi inflasi telah mendorong yen turun ke posisi terendah 24 tahun, mengancam untuk mendinginkan konsumsi dengan meningkatkan biaya impor yang sudah naik.
Tetapi meningkatnya kekhawatiran atas yen yang lemah tidak menghalangi BOJ untuk mempertahankan batas implisit 0,25 persen untuk target imbal hasil obligasi 10-tahun melalui peningkatan pembelian obligasi.
Pada pertemuan kebijakan dua hari yang berakhir pada hari Jumat, BOJ secara luas diperkirakan akan mempertahankan target -0,1 persen untuk suku bunga jangka pendek dan janjinya untuk memandu imbal hasil obligasi 10-tahun sekitar nol persen.
Bank sentral juga dapat memperdalam tekadnya untuk mempertahankan batas atas 0,25 persen dengan menargetkan rentang jatuh tempo utang yang lebih luas untuk operasi pembelian obligasi dengan suku bunga tetap yang tidak terbatas, yang saat ini hanya mencakup obligasi 10 tahun, kata beberapa analis.
"BOJ dapat menambahkan janji untuk melakukan operasi pasar darurat menargetkan surat utang untuk jangka waktu yang lebih luas," kata Hiroshi Ugai, kepala ekonom Jepang di JPMorgan Securities.
"Bank sentral tidak punya pilihan selain melakukan ini untuk mengendalikan pergerakan pasar obligasi, meskipun mungkin tidak ingin mempercepat kenaikan dolar terhadap yen," katanya.
Batas imbal hasil BOJ telah menghadapi serangan oleh investor yang bertaruh bahwa bank sentral dapat menyerah pada kekuatan pasar global, karena kenaikan imbal hasil AS mendorong suku bunga jangka panjang di seluruh dunia.
BOJ terjebak dalam dilema. Dengan inflasi Jepang jauh di bawah ekonomi Barat, fokusnya adalah untuk mendukung ekonomi yang masih lemah dengan tingkat rendah. Tetapi kebijakan dovish telah memicu penurunan tajam yen, melukai ekonomi yang sangat bergantung pada impor bahan bakar dan bahan mentah.
Beberapa pelaku pasar berspekulasi BOJ dapat menaikkan target imbal hasil atau batas implisit untuk memperlambat penurunan yen.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda telah berulang kali menekankan perlunya menjaga suku bunga sangat longgar, dan bahwa bank sentral tidak akan menargetkan nilai tukar dalam memandu kebijakan.
Perdana Menteri Fumio Kishida tampak membela pendirian Kuroda. Dalam konferensi pers pada Rabu (15/6), Kishida mengatakan BOJ kemungkinan akan mempertimbangkan berbagai faktor selain pergerakan yen, seperti dampak pada biaya pinjaman perusahaan kecil dalam menetapkan kebijakan.
Kuroda kemungkinan akan memperingatkan terhadap yen yang lemah pada pengarahan pasca-pertemuannya, seperti dengan menyoroti kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh penurunan tajam mata uang terhadap perekonomian, kata para analis.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022