Manado (ANTARA) - Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, Ricky Daniel Aror mengatakan saat terjadi bencana abrasi di pesisir Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut, ketinggian gelombang tidak signifikan.
"Istilahnya gelombang tenang hanya 0 - 0,5 meter," kata Ricky di Manado.
Memang, apabila agak ke laut Sulawesi, ketinggian gelombang diperkirakan mencapai dua meter atau kira-kira 100 kilometer dari pesisir.
"Tidak ada pengaruh signifikan apabila dikaitkan dengan tinggi gelombang," ucapnya.
Baca juga: Abrasi pantai Amurang-Minahasa Selatan robohkan 15 rumah dan jembatan
Baca juga: Enam rumah dan satu ruas jalan rusak parah karena abrasi di Inhil
Begitupun dengan cuaca, menurut dia, tidak ada pengaruh langsung dengan ambruknya belasan rumah, jembatan serta menggerus jalan.
"Dari sisi cuaca, curah hujan saat itu tidak signifikan," ujarnya.
Dia berharap, baik masyarakat maupun instansi terkait melihat sejarah gelombang di masa lampau agar bisa menjadi acuan pembangunan.
Pada Rabu (15/6) pukul 14.00 WITA, abrasi pantai menyebabkan 15 rumah, satu jembatan, jalan dan rumah penginapan di Kelurahan Uwuran dan Kelurahan Bitung, Kecamatan Amurang rusak.
Bencana abrasi pantai tersebut terjadi di Kelurahan Bitung dan Kelurahan Uwuran Satu, Kecamatan Amurang.
BPBD setempat memang menduga, abrasi pantai yang menyebabkan jembatan dan jalan Boulevard serta tembok pengaman pantai beserta beberapa rumah warga roboh disapu gelombang air laut.*
Baca juga: Penanganan abrasi Ujung Pandaran perlu dukungan Pemerintah Pusat
Baca juga: DLHK Seruyan Kalteng dan Rimba Raya tanam mangrove cegah abrasi
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022