Berapa lama dan berapa banyak lagi kematian yang tragis diperlukan sebelum dunia melakukan sikap moral yang tegas?

Beijing (ANTARA News/AFP) - Polisi di China menembak mati para pemerotes di daerah-daerah yang dihuni etnik Tibet saat kerusuhan meluas, kata satu kelompok advokasi dan di pengasingan, yang memicu Amerika Serikat mendesak pasukan keamanan menahan diri.

Provinsi Sichuan, China yang banyak dihuni etnik Tibet, banyak yang mengeluhkan penindasan keras, dilanda bentrokan pekan ini-- beberapa diantaranya terburuk sejak protes besar-besaran menentang kekuasaan China tahun 2008.

Kerusuhan itu memicu Kobsang Sangay, perdana menteriTibet di pengasingan yang berpusat di India, mengimbau masyarakat internasional "tidak pasif" dan "turuntangan untuk mencegah pertumpahan darah selanjutnya".

AS Selasa mengataan pihaknya "sangat prihatin" akan situasi itu,menyerukan pasukan keamanan China "menahan diri" dan mendesak pihak berwenang mengizinkan wartawan dan para diplomat mengunjungi daerah-daerah konflik.

Kerusuhan itu terjadi saat ketegangan meningkat di daerah-daerah yang dihuni warga Tibet, dimana sedikitnya 16 orang membakar diri mereka kurang dari setahun-- termasuk empat orang dalam bulan ini saja--memprotes ketidakbebasan menjalankan agama.

Dalam aksi kekerasan terbaru, polisi, Selasa menembaki para pemrotes di daerah Seda, menewaskan dua orang, kata pemerintah Tibet di pengasingan dan kelompok advokasi Free Tibet.

Pemerintah,polisi dan penduduk lokal yang dihubungi AFP tidak bersedia memberikan komentar mereka.

Insiden itu terjadi sehari setelah pasukan keamanan menembaki satu kelompok warga Tibet yang memprotes tindakan pemerintah yang melakukan tekanan terhadap agama di kota terdekat Luhuo, menewaskan setidaknya dua orang dan mencederai lebih dari 30 orang, kata para biarawan lokal dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

China membantah pernyataan kelompok-kelompok itu mengenai kejadian itu menuduh "kelompok-kelompok separatis di luar negeri" berusaha mendiskreditkan pemerintah dengan memutar balikkan apa yang terjadi sebenarnya, dan mengatakan seorang pemrotes tewas dalam bentrokan yang dipicu massa yang mengamuk.

Tetapi para biarawan yang dihubungi melalui telepon, Senin dan Selasa di Biara Drakgg di Luhuo mengatakan penembakan terjadi dan mereka yang cedera telah diungsikan di sana sementara ribuan polisi bersenjata berjaga-jaga dekat biara itu.

Menurut kelompok Free Tibet yang berpangkalan di London, satu protes lainnya berlangsung di daerah Aba, Sinchuan Selatan tetapi bubar ketika polisi melepaskan tembakan gas air mata ke massa.

Beijing menegaskan para warga Tibet dapat menikmati kebebasan menjalankan agama dan mengatakan kehidupan mereka lebih baik akibat investasi yang besar di daerah-daerah yang banyak dihuni warga Tibet.

China menyalahkan Dalai Lama -- yang melarikan diri dari Tibet tahun 1952 setelah melakukan pemberontakan yang gagal terhadap kekuasaan China--menggerakkan banyak aksi kerusuhan dalam satu usaha usaha memisahkan Tibet daru daerah China lainnya, yang pemimpin spritual Buddha itu bantah.

Dalam satu pernyataan di laman internet pemerintah Tibet di pengasingan, Perdana Menteri Sangai mengatakan ini adalah saat mendesak bagi masyarakat internasional turun tangan mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

"Berapa lama dan berapa banyak lagi kematian yang tragis diperlukan sebelum dunia melakukan sikap moral yang tegas?" katanya.

Pada Selasa, Maria Otero,koordinator khusus untuk urusan-urusan Tibet di Deplu AS mengatakan Washington berulang-ulang mendesak China menyelesaikan kebjakan-kebijakan yang kontra-produktif di daerah-daerah Tibet."

"Kami mendesak pasukan keamanan China menahan diri, dan kami mengulangi kembali seruan kami agar memberikan akses ke daerah-daerah Tibet bagi wartawan, para diplomat dan para pemantau lainnya," kata Otero dalam satu pernyataan.

(H-RN/H-AK)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012