mereka melakukan teror kepada kaum perempuan"

Jakarta (ANTARA News) - Aman dan nyaman itu mahal harganya. Kedua hal itu semakin sulit didapat oleh para pengguna jasa angkutan umum, terlebih perempuan.

Bukannya kian aman, angkutan publik malah kian diteror kejahatan, dari copet, pemeras yang berkedok meminta-minta, peleceh wanita, sampai kemudian perkosaan yang sungguh menyerang jiwa semua wanita, tak hanya yang diperkosa.

Terakhir itu menimpa calon bidan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat malam pekan lalu.

"Benar-benar lelaki biadab, mereka melakukan teror kepada kaum perempuan, terutama yang menggunakan jasa angkutan umum," ujar Indriwanti, karyawati yang kerap mengunakan jasa angkutan umum.

Tidak hanya Indriwanti, amarah juga meliputi Manda Aprianti, seorang ibu rumah tangga.

"Harusnya para pelaku dihukum berat. Kalau perlu dihukum mati," ujar Manda yang mengaku menjadi was-was dan gelisah setiap kali menaiki angkutan umum. Padahal setiap hari dia harus menggunakan angkutan umum untuk bepergian.

Serupa dengan Manda, Wakil Ketua Komnas Perempuan, Masruchah, menyebut hukuman 12 tahun penjara untuk pemerkosa itu kurang. Sebaliknya, penjara seumur hiduplah yang pantas buat mereka.

"Para korban menderita trauma hingga seumur hidup, mereka pun meminta pelaku dihukum hingga seumur hidup," ujar Masruchah yang merasa menyuarakan kekhawatiran kaum perempuan, kepada AntaraNews, kemarin.

Lelaki juga khawatir

Tak hanya mereka yang menggunakan angkot, mereka yang tak menggunakannya pun sama mencemaskan trend pemerkosaan di angkutan publik itu.

Laura Kesiayani misalnya. Mahasiswi semester 5 yang mengaku sangat jarang menggunakan jasa transportasi umum ini merasa pemerkosaan yang sebulan ini terjadi dua kali di Jakarta sudah merongrong keamanan jiwanya.

"Gara-gara banyak pemerkosaan, orang tua dan pacar melarang saya pulang malam, apalagi pergi sendirian. Duh, jadi ribet dan serba ketakutan deh, pokoknya jahat banget pelakunya," ujar Laura.

Nur Azizah, siswi SMK kelas XI sebuah SMK di Jakarta Pusat, menimpali, "Iih capek deh, kita kan jadi ketakutan dan tidak merasa aman. Naik busway digrepe, naik angkot takut diperkosa, bahkan jalan kaki aja bisa ditabrak mobil."

Ternyata, tak cuma perempuan. Laki-laki juga menjadi was was.

"Saya sekarang selalu cemas tiap kali istri dan anak perempuan saya naik angkot setelah lewat jam enam sore. Rasanya tidak tenang," ujar Budi Arifin.

Untuk itulah Budi belakangan akan sebisa mungkin menjemput istri dan anak perempuannya, daripada membiarkan mereka pulang sendirian ke rumah mereka di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Itu Budi yang sudah berkeluarga, bagaimana bagi lelaki lajang? Ternyata mereka juga sama khawatirnya. Itu termasuk Bernard yang memiliki adik perempuan dan kekasih. Dia kini cemas kalau dua perempuan yang dicintainya mesti pulang malam-malam.

"Saya selalu pantau mereka lewat telepon atau BBM (blackberry messenger) kalau mereka pulang malam naik angkot, atau saya minta mereka naik taksi saja yang sedikit lebih aman," ujar Bernard.

Sedikit lebih aman? Ya sedikit lebih aman, karena taksi pun kadang memesankan potensi ketidakamanan.

"Saya pernah naik taksi, tapi supirnya malah ngajak ngobrol, tapi kok lama-lama obrolannya menjurus gitu, jadi porno," ujar Sandra, karyawati pada sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Sigap dan tegas

Masruchah mendesak pemerintah segera bertindak menciptakan rasa aman bagi kaum perempuan. Dia berkata, "Saya kira pemerintah harus sigap dan tegas terhadap kasus-kasus pelecehan seksual di wilayah publik maupun privat."

Dia ingin Presiden turun tangan mengatasi ini lewat kementerian-kementerian terkait.

"Rasa aman adalah salah satu hak asasi yang diakui dan dijamin konstitusi," ujar Masruchah.

Berkaitan dengan kenyamanan di angkutan publik, Masruchah menilai Kementerian Perhubungan memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin hak asasi manusia itu.

Pemerintah sendiri terus berupaya mencegah kejahatan ini terulang, diantaranya dengan kewajiban mengenakan seragam untuk para sopir angkot. Tapi, sepertinya hal itu belum cukup. Terobosan-terobosan lain perlu diterapkan. Acuannya, kenyamanan dan keamanan pengguna angkot, utamnya para perempuan.

Dalam soal terobosan, Nur Azizah si murid SMK, punya ide unik, yaitu angkot khusus perempuan.

"Kalau supirnya juga perempuan, pasti angkotnya banyak diminati kaum perempuan juga deh," ujarnya.

Mungkin tak sesederhana itu solusinya, tapi inti pesan dan suara yang mesti ditangkap dari para perempuan ini adalah mereka resah, khawatir dan takut. Ini tak bisa dibiarkan. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012