Jakarta (ANTARA) - Abrasi yang terjadi di daerah pesisir Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, telah memaksa setidaknya 66 keluarga yang meliputi 266 warga mengungsi menurut data yang dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Menurut siaran pers BNPB yang diterima di Jakarta, Kamis, abrasi yang terjadi di daerah pesisir Minahasa Selatan pada Rabu (15/6) menyebabkan kerusakan 31 rumah, satu jembatan, lima penginapan, dan satu kafe.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah mengaktifkan Posko Tanggap Darurat untuk membantu warga yang harus mengungsi karena rumah mereka rusak atau roboh akibat abrasi pesisir.

"BPBD Kabupaten Minahasa Selatan bersama pemerintah setempat telah mengaktifkan Posko Tanggap Darurat. Sebanyak dua posko sudah dibentuk untuk memberikan upaya percepatan penanganan terhadap warga yang mengungsi," katanya.

Posko tanggap darurat sudah didirikan di Kantor Kelurahan Lewet dan Kantor Kelurahan Uwuran Dua, yang dijadikan sebagai tempat pengungsian warga.

BPBD mengoperasikan dapur umum di kedua posko tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan warga yang mengungsi.

Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan sudah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari sejak Rabu (15/6) untuk mendukung percepatan penanganan dampak abrasi di daerah pesisir.

Baca juga:
Abrasi pantai Amurang-Minahasa Selatan robohkan 15 rumah dan jembatan
Jalan poros Mamuju-Tapalang putus karena abrasi

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022