Untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat kita perlu membuat sumber ekonomi lebih dapat diakses, kita perlu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kemudahan akses diperlukan untuk mencapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

“Untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat kita perlu membuat sumber ekonomi lebih dapat diakses, kita perlu meningkatkan pendapatan masyarakat,” kata Menko Airlangga saat menyampaikan keynote speech pada UI International Conference on G20 Day 2 di Jakarta, Kamis.

Melalui Presidensi G20 Indonesia, lanjutnya, Indonesia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi secara inklusif. Setiap negara, setiap warga negara termasuk kelompok rentan harus mendapat manfaat dari kebijakan tindakan dan rekomendasi G20.

“Peran dan kolaborasi internasional menjadi lebih substansial, kepemimpinan multikultural dan organisasi internasional memainkan peran penting dalam memastikan pemulihan global yang inklusif,” ucapnya.

Baca juga: Airlangga nilai surplus neraca dagang jadi modal dan amunisi ampuh

Airlangga menyampaikan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi 5 krisis yang disebut 5C (five crisis). C pertama adalah COVID-19, kedua Conflict Ukraina dan Rusia yang berdampak pada harga energi dan pangan, ketiga Climate Change atau perubahan iklim, lalu Commodity Prices terutama pada harga minyak, metal dan minyak sawit yang mendorong inflasi di berbagai negara.

Krisis yang lain adalah Cost of Living yang menyebabkan sejumlah negara kesulitan untuk menyediakan makanan baku bahkan makanan pokok, seperti di Eropa. Selain itu, semakin banyak negara yang cenderung lebih memproteksi diri untuk memastikan kecukupan di negerinya masing-masing.

Saat ini ada 14 negara yang telah memutuskan untuk tidak lagi mengekspor produk-produk bahan pokok seperti ayam dan gula akibat ketidakstabilan rantai pasok,sehingga dunia harus bersiap mengenai potensi swasembada produksi pangan di 2023.

“Kita dapat sepenuhnya menyadari bahwa saat ini sangat diperlukan keseimbangan antarnegara agar tidak ada satupun negara yang tertinggal dan tuntutan dari Presidensi G20 untuk memobilisasi dan mengerahkan upaya dan tindakan global,” ujarnya.

Baca juga: Menko Airlangga paparkan realisasi anggaran PEN yang baru 20,9 persen

Oleh karena itu, melalui G20 Summit di Bali pada November mendatang, Airlangga meminta negara-negara anggota G20 untuk bergabung dengan Indonesia mewujudkan komitmen global menuju pemulihan hijau, berkelanjutan dan inklusif.

Ia menuturkan bahwa pada banyak forum termasuk forum ekonomi di Davos dan Singapura, isu transisi energi terus menjadi pembahasan. Bukan hanya terbatas pada transisi energi, namun juga upaya untuk menghasilkan energy security yang terjangkau bagi banyak negara.

Indonesia juga menyambut baik universitas dan pakar untuk memberikan berbagai masukan pada berbagai pertemuan Sherpa sebagai perwujudan dari kolaborasi konkrit antara pembuat kebijakan dengan akademisi dan peneliti.

“Kita harus mengimplementasikan kebijakan di sektor riil dan juga mengurangi kesenjangan antara konsep dan implementasi. Tentu saja, kemitraan global sangat dibutuhkan tidak hanya untuk pendidikan dan pengetahuan namun juga untuk mendukung Presidensi G20 Indonesia,” kata Airlangga.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022