Itu tampak seperti kasus klasik 'beli rumor, jual fakta' karena dolar dijual dan Wall Street menguat

Shanghai (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada perdagangan Kamis pagi, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS yang berjangka lebih panjang turun dan dolar mundur dari tertinggi dua dekade setelah Federal Reserve (Fed) AS menyampaikan kenaikan suku bunga agresif dan memangkas proyeksi pertumbuhannya.

Bank sentral AS pada Rabu (15/6/2022) menyetujui kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994, mengangkat target suku bunga dana federal sebesar 75 basis poin ke kisaran antara 1,5 persen dan 1,75 persen. Pejabat Fed juga melihat kenaikan stabil lebih lanjut tahun ini, menargetkan tingkat dana federal sebesar 3,4 persen pada akhir tahun.

Langkah tersebut, yang telah sepenuhnya diperhitungkan oleh pasar, mengikuti data pada Jumat (10/6/2022) yang menunjukkan kenaikan inflasi AS lebih tajam dari perkiraan pada Mei, serta survei Universitas Michigan yang menunjukkan ekspektasi inflasi lima tahun konsumen, melonjak tajam ke level tertinggi sejak Juni 2008.

Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan dua hari terbaru Fed, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa survei itu "cukup menarik".

"(Ekspektasi inflasi) mulai terlihat terlalu tinggi. Itu menurut saya adalah salah satu alasan mengapa Powell ingin melakukan 75 ... Dan saya pikir mereka juga akan melakukannya lagi pada Juli," kata Kepala Ekonomi Internasional Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso.

Baca juga: Bank sentral AS naikkan suku bunga 75 bps di tengah kejutan inflasi

"Mereka harus menurunkan inflasi. Mereka begitu jauh di belakang kurva, itu tidak lucu."

Investor tampaknya merasa nyaman dengan pandangan bahwa ekonomi AS akan diuntungkan dalam jangka panjang jika harga-harga dikendalikan dalam jangka pendek. Proyeksi Fed menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat ke tingkat di bawah tren 1,7 persen, dan pembuat kebijakan memperkirakan akan memangkas suku bunga pada 2024.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang mengikuti penutupan yang lebih tinggi di Wall Street, menambahkan 0,40 persen di sesi pagi. Indeks KOSPI Seoul bertambah 1,24 persen, sementara Indeks ASX 200 saham Australia naik 0,49 persen dan indeks saham unggulan China CSI300 bertambah 0,12 persen. Di Tokyo, Nikkei naik 1,70 persen.

Semalam Indeks Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi dengan melonjak 1,0 persen. Indeks S&P 500 melompat 1,46 persen, dan indeks Komposit Nasdaq terangkat 2,5 persen.

Baca juga: Wall Street reli ditutup naik, Indeks Nasdaq melonjak 270,81 poin

Dolar, yang mundur dari puncak 20 tahun setelah pertemuan Fed, mendapatkan kembali beberapa pijakan di sesi Asia.

"Itu tampak seperti kasus klasik 'beli rumor, jual fakta' karena dolar dijual dan Wall Street menguat," kata Analis Pasar Senior CityIndex, Matt Simpson. "(Tapi) mengingat lintasan untuk kenaikan Fed ... kami sangat meragukan posisi teratas untuk dolar AS."

Indeks dolar global, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, terakhir naik 0,24 persen pada 105,05 karena dolar melonjak hampir 0,6 persen terhadap yen menjadi 134,61.

Euro turun tipis sekitar 0,1 persen menjadi 1,0434 dolar.

Baca juga: Dolar melemah, tertekan kenaikan suku bunga bank sentral AS

Mencerminkan ekspektasi untuk pengetatan Fed lebih lanjut, imbal hasil pada surat utang dua tahun AS, yang sensitif terhadap ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed, naik menjadi 3,3060 persen dari penutupan 3,2790 persen pada Rabu (15/6/2022).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun lebih rendah pada 3,3696 persen dari penutupan 3,3950 persen.

Di pasar komoditas, harga minyak rebound setelah jatuh lebih dari dua persen menyusul keputusan Fed. Minyak mentah Brent terakhir naik 1,0 persen menjadi 119,68 dolar AS per barel dan minyak mentah AS bertambah 1,1 persen menjadi 116,58 dolar AS per barel.

Harga emas sedikit lebih rendah karena dolar menguat. Emas spot terakhir diperdagangkan pada 1.830,19 dolar AS, merosot 0,17 persen hari ini.

Baca juga: Harga emas Antam menguat 1,01 persen, dekati Rp1 juta/gram
Baca juga: Harga minyak "rebound" di Asia, ditopang pasokan terbatas

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022