Banjarmasin (ANTARA) - Dinas Perdagangan (Disdag) Kalimantan Selatan bersama Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia setempat melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok di Pusat Pasar Tradisional Harum Manis.
"Kita akan cek apakah ini ulahnya pedagang pengecer atau memang harga sudah tinggi di tingkat agen dan ternyata memang harga belinya sudah mahal sekali di sentra produksi," kata Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani di Banjarmasin, Rabu.
Dikatakan, dari hasil pantauan, harga bawang merah melonjak menjadi Rp40 ribu dari sebelumnya di kisaran Rp20 ribu di tingkat agen.
Selain itu, lonjakan harga juga terjadi pada cabai merah kering, saat ini harga cabai kering di pasaran mencapai Rp225 ribu atau meningkat 100 persen lebih dari harga sebelumnya di kisaran Rp90 ribu-Rp100 ribu per kg.
Kenaikan harga mulai terjadi sekitar dua bulan belakangan ini, yang dipicu akibat gagal panen di beberapa daerah sentral penghasil bawang dan cabai kering, sehingga mengakibatkan pasokan berkurang.
Sedangkan, untuk pasokan bawang merah biasanya mencapai 400 ton per setiap kali datang, namun dalam beberapa bulan belakangan ini pasokan turun drastis hanya mencapai 30 ton saja.
Melayani permintaan pasar, saat ini agen bawang merah di pasar Harum Manis Banjarmasin, hanya mengandalkan pasokan dari daerah Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi.
Kenaikan harga kedua komoditas tersebut terjadi secara nasional, sehingga untuk menurunkan harga itu tidak memungkinkan. Saat ini yang terpenting harus dilakukan adalah menjaga ketersediaan barang, selain itu pihaknya juga akan membantu proses bongkar muat agar pasokan dan distribusi dapat berjalan lancar.
"Kita bantu para pelaku usaha agar distribusi dan pasokannya bisa berjalan lancar dan cepat, jadi apa bila ada hambatan, di pelabuhan terlambat bongkar, akan kita bantu mengomunikasikan agar kebutuhan pokok ini dijadikan prioritas utama bongkar muatnya," kata Birhasani.
Kepala Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia Kalsel Imam Subarkah menambahkan pedagang bawang merah, bawang putih dan cabai kering, yang berada di pasar tradisional tersebut, menjadi prioritas pantauan dalam rangka memastikan tidak ada permainan harga yang dilakukan oleh pedagang terkait melonjaknya harga bahan pokok tersebut.
"Kalau dilihat dari banyaknya permintaan bawang merah sebenarnya tidak ada peningkatan, kelangkaan tersebut, terjadi semata-mata karena pasokan yang memang terbatas," ujarnya.
Sementara itu, untuk harga bawang putih justru mengalami penurunan dari harga Rp400 ribu per karungnya, kini menjadi Rp260 ribu di tingkat agen, dalam satu karung berat berisi 20 kilogram.
"Untuk bawang putih Alhamdulillah ini memang pasokannya cukup banyak bahkan cenderung turun," kata dia.
Komoditas bawang merah, cabai merah dan cabai rawit, berdasarkan hasil pemantauan beberapa hari belakangan ini memiliki kecenderungan stabil di harga tinggi.
Pihaknya akan mengoordinasikan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga pasokannya tetap aman.
Ketua Asosiasi Pedagang Bawang Banjarmasin M Yusuf menyampaikan saat ini pihaknya tidak mampu memenuhi permintaan yang datang dari para pelanggan, yang berasal tidak hanya dari wilayah Kalsel, namun juga dari Kota Palangka Raya bahkan juga datang dari Kota Sampit.
"Permintaan 20 karung, paling kami kasih delapan karung, kondisi barangnya memang memang sedikit," katanya.
Ia menambahkan untuk bawang dari Sulawesi sebenarnya memiliki harga lebih murah di kisaran Rp20 ribu/kg, namun masyarakat lebih memilih bawang merah yang berasal dari Bima, NTT, meski memiliki harga yang jauh lebih tinggi sebesar Rp40 ribu/kg.
Hal tersebut, dikarenakan bawang merah yang berasal dari Bima memiliki rasa lebih gurih dan cenderung lebih tahan lama.
Pewarta: Imam Hanafi/Latif Thohir
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022