Tulungagung (ANTARA News) - Ratusan orang kecele setelah hampir lima jam berkerumun di depan TITD (Tempat Ibadah Tri Darma) Djoe Tik Kiong, Kota Tulungagung, dan berharap mendapat berkah "angpao" dari warga keturunan yang merayakan tahun baru Imlek 2563, Senin.
Pantauan ANTARA di sekitar kelenteng agung yang berlokasi di jalan WR Supratman, Kota Tulungagung itu, warga terlihat mulai memadati sekitar pintu masuk TITD Djoe Tik Kiong sejak pukul 08.00 WIB.
Mereka bahkan terus bertahan hingga pukul 13.00 WIB, meski pengurus TITD dan pihak kepolisian berulang kali menegaskan bahwa tidak ada acara bagi-bagi angpao selama perayaan Imlek, melainkan hanya ritual peribadatan biasa.
"Dulu memang sempat ada tradisi semacam itu (bagi-bagi angpao), tapi sejak tiga tahun terakhir sudah tidak lagi," kata Samuel, salah seorang warga di sekitar TITD Djoe Tik Kiong.
Banyaknya warga yang ingin melihat perayaan tahun baru Imlek yang biasanya diisi dengan pertunjukkan hiburan barongsai keliling dan bagi-bagi angpao tersebut membuat pengurus kelenteng terpaksa meminta bantuan polisi untuk melakukan pengamanan.
Namun keberadaan aparat keamanan di sekitar area kelenteng tak serta-merta menyurutkan ekspektasi ratusan warga yang sudah terlanjur datang dari berbagai tempat dan berharap mendapat jatah angpao.
Sebagian memang ada yang memilih pulang, tetapi karena warga datang secara sporadis, penjagaan di sekitar kelenteng terus diperketat hingga pukul 14.00 WIB.
"Kami tentu khawatir jika kerumunan warga tidak terkendali, padahal di dalam sedang berlangsung ritual persembahyangan," kata salah seorang pengurus TITD.
Meski akhirnya tidak ada acara bagi-bagi angpao, masyarakat yang datang dari berbagai daerah di Tulungagung maupun sekitarnya ini sedikit terhibur dengan pertunjukkan barongsai yang diperagakan oleh sejumlah warga Kelurahan Kutoharjo.
Namun keberadaan mereka tidak serta-merta mewakili TITD Djoe Tik Kiong. Menurut keterangan Samuel, pertunjukkan barongsai keliling tersebut merupakan atraksi spontan sejumlah warga pribumi dengan tujuan mengumpulkan angpao dari warga keturunan yang tengah merayakan Imlek.
"Istilah sederhananya ya, mereka itu ngamen keliling kota agar mendapat angpao dari penduduk keturunan," terang Samuel.
Menurutnya, tradisi barongsai keliling sebenarnya kerap digelar setiap kali tahun baru Imlek. Namun sejak tiga tahun terakhir ritual tersebut mulai pudar karena ada perselisihan paham antara pengurus TITD Djoe Tik Kiong dengan para seniman barongsai setempat. (SAS/A040)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012