Jakarta (ANTARA News) - Jadwal perjalanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar, 27 Februari hingga 2 Maret 2006 cukup padat, hingga hanya menyisakan sedikit waktu bagi rombongan untuk membeli sekadar buah tangan bagi keluarga atau teman-teman di tanah air. Apalagi bagi rombongan resmi yang harus mendampingi Presiden pada semua acara resmi, seperti pertemuan bilateral hingga jamuan makan malam dalam kunjungan Presiden ke tiga negara dalam waktu empat hari itu. Praktis, rombongan hanya menginap satu malam di setiap negara. Pada hari terakhir kunjungan Presiden, Kamis (2/3), di Myanmar, Presiden dan rombongan menyempatkan diri mengunjungi Shwe Dagon Pagoda dan menanam pohon di Taman Bangsa-Bangsa dan ke Museum Nasional Myanmar. Di Museum Nasional Myanmar itulah ada sebuah toko cendera mata, yang oleh anggota rombongan digunakan untuk membeli oleh-oleh apa adanya. Namun seorang wartawan memperhatikan ada sejumlah anggota rombongan tidak memanfaatkan kesempatan sempit itu, salah satunya adalah Menko Perekonomian Boediono. Rasa penasaran sang wartawan mendapat kesempatan untuk diungkapkan ketika pada jumpa pers di KBRI Myanmar Boediono masuk ruangan mendahului para pejabat lainnya. Atas pertanyaan wartawan itu, Boediono mengatakan, suatu kali saat berpergian ke luar negeri ia pernah membeli oleh-oleh untuk keluarga. Namun, katanya, bukan sambutan mesra dan terima kasih atas oleh-oleh itu, sang istri di rumah malah mempertanyakan mengapa membawa oleh-oleh. Sejak itu, Boediono mengaku enggan membeli oleh-oleh. Wartawan pun menyeletuk, "Pak, kalau bapak takut dimarahi isteri karena membeli oleh-oleh, kami sebaliknya takut dimarahi isteri kalau tidak beli oleh-oleh." Boediono hanya tersenyum mendengar celetukan tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006