Jakarta (ANTARA) - Inflasi di Jerman pada Mei 2022 mencapai level tertinggi dalam hampir 50 tahun dengan harga konsumen meningkat 7,9 persen secara tahunan (year on year/yoy), demikian disampaikan Kantor Statistik Federal (Destatis) pada Selasa (14/6).

Level tinggi serupa di Jerman terakhir kali dilaporkan pada musim dingin pada periode 1973/1974 ketika harga minyak mineral naik drastis akibat krisis minyak pertama, menurut Destatis.

Inflasi di ekonomi terbesar di Eropa itu telah berada di level tertinggi selama berbulan-bulan di hampir semua sektor. Meningkatnya harga energi yang dipicu oleh konflik Rusia-Ukraina membawa "dampak substansial terhadap tingkat inflasi," sebut Destatis.

Harga produk-produk energi naik 38,3 persen. Biaya untuk minyak pemanas meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan harga gas alam dan bahan bakar motor naik masing-masing sebesar 55,2 persen dan 41 persen, menurut Destatis.

Pemerintah Jerman mengadopsi sejumlah kebijakan untuk meredam dampak kenaikan harga energi, termasuk pemangkasan pajak bahan bakar, mileage allowance (tunjangan biaya perjalanan berdasarkan jarak tempuh) yang lebih tinggi bagi komuter jarak jauh, tiket diskon untuk transportasi umum, dan tunjangan energi sekali pakai senilai 300 euro (1 euro = Rp15.367).

(Xinhua)

Bottleneck (hambatan) pengiriman akibat berbagai gangguan dalam rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 turut berdampak terhadap inflasi, sebut Destatis.

Lebih dari tiga dari empat perusahaan Jerman mengeluhkan bottleneck atau masalah dalam pengadaan produk setengah jadi dan bahan baku pada Mei, menurut ifo Institute yang berbasis di Munich. "Rantai pasokan sedang berada di bawah tekanan konstan," ujar Klaus Wohlrabe, kepala survei ifo.

Harga pangan di Jerman juga melampaui inflasi, dengan naik 11,1 persen. Harga minyak dan lemak yang dapat dikonsumsi, mengalami kenaikan tajam sebesar 38,7 persen, menurut Destatis.

Menteri Pertanian Jerman Cem Oezdemir memperkirakan bahwa harga pangan akan terus meningkat. "Kita harus memperkirakan kenaikan pada musim gugur dan dingin karena para peretail kini harus menyimpan energi dengan harga mahal dan kenaikan harga dialihkan kepada konsumen," ungkapnya kepada surat kabar Rheinische Post.

(Xinhua)

Selain itu, bank sentral Jerman Bundesbank telah memprediksi kenaikan harga lebih lanjut di seluruh sektor. "Inflasi tahun ini akan menjadi lebih kuat dibanding pada awal 1980-an," demikian Presiden Bundesbank Joachim Nagel memperingatkan pada pekan lalu.

"Inflasi yang sangat tinggi ini diperkirakan akan memicu ketidakpastian di kalangan konsumen dan akan mengikis daya beli mereka," sebut Bundesbank dalam proyeksinya.

"Rumah tangga kemungkinan akan menghabiskan setidaknya sebagian tabungan yang dikumpulkan selama pandemi virus corona untuk konsumsi," sebut bank sentral Jerman itu.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022